WELCOME TO Hiel'S BLOGGER

Thursday, December 13, 2012

Membiasakan perilaku Kerja keras, Tekun, Ulet dan Teliti

Hallo sobat ,,,,,
          akhirnya slesai juga nih ,, setelah menyelesaikan postingan sebelumnya tentang  postingan  Ilmu Munasabah, Soal-soal tentang study Quran, Membiasakan perilaku kerja keras, tekun, taat, dan teliti, Menerapkan Hukum Mad shilah dalam  surat Al-Qari'ah dan Al-Zalzalah. seperti biasanya nih psen gw wat reader smw,,    oke sobat kali ni daku pnya yang baru nih tentang contoh  makalah matkul  ” MPAI  SMP “.  Ehm ni cma contoh buat yang copas boleh sih tpi di usahain jgn sama persis pling gak klian punya lah tambahan dari buku or dari blog lain. jadi klian gak cuma tergantung ma makalah ini. Oke cap cus klo gtu,,, Happy Reading,, :D

Membiasakan perilaku Kerja keras, Tekun, Ulet dan Teliti
A.   Pendahuluan
    1. 1.    Latar Belakang
Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuangmemiliki makna yang cukup luas
Dalam melakukan pekerjaan unsur teliti juga tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan sikap teliti maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan solusinya. Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik.  Berdasarkan uraian ini kami bermaksud untuk membahas bagaimana halnya kerja keras, tekun, ulet dan dan teliti dalam kehidpan.
B.          Pembahasan
  1. 1.    Membiasakan Perilaku terpuji
Berakhlak terpuji merupakan salah satu kunci kesuksesan hidup. Akhlak atau sifat terpuji banyak sekali macamnya. Beberapa di antaranya adalah kerja keras, tekun, ulet dan teliti harus diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Allah telah memerintahkan pada seluruh umatnya untuk berperilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti, sebagaimana di jelaskan dalam al-quran. Firman Allah swt:
tA$s% þ’ÎoTÎ) ߉ƒÍ‘é& ÷br& y7ysÅ3Ré& “y‰÷nÎ) ¢ÓtLuZö/$# Èû÷ütG»yd #’n?tã br& ’ÎTtã_ù's? zÓÍ_»yJrO 8kyfÏm ( ÷bÎ*sù |MôJyJø?r& #\ô±tã ô`ÏJsù x8ωZÏã ( !$tBur ߉ƒÍ‘é& ÷br& ¨,ä©r& šø‹n=tã 4 þ’ÎT߉ÉftFy™ bÎ) uä!$x© ª!$# šÆÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$# [1]ÇËÐÈ
"berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orangorang yang baik".
Sebagai pelajar kita tentunya harus menerepkan keempat akhlak tersebut agar cita-citamu tercapai.
  1. 2.    Kerja Keras
a. Pengertian
Kerja keras berarti berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sesuatu yang di hasilkan dari kerja keras akan terasa lebih nikmat. Kenikmatan yang sejati hanya akan di peroleh dengan bekerja keras. Dalam satu hadist rosulullah pernah bersabda “ tidak ada satu makananpun yang dimakan seseorang yang lebih baik daripada makanan hasil usahanya sendiri.” (H.R. al-bukhari dan Nasa’i)[2]
Kerja keras di butuhkan tidak hanya dalam mencari rizki tetapi dalam setiap aktivitas kehidupan; bekerja, belajar, beribadah, dan aktivitas lainnya. Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja kerasyaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:
Æ÷tGö/$#ur !$yJ‹Ïù š9t?#uä ª!$# u‘#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u‹÷R‘‰9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šø‹s9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# ’Îû ÇÚö‘F{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† tûïωšøÿßJø9$# ÇÐÐÈ[3]
                Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.[4] Hal itu pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah. Harta yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni fakir miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan penghargaan bagi orang yang bekerja keras.
  1. Contoh perilaku kerja keras
Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu.[5] Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup selamanya.
Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ اَبَدًا وَاعْمَلْ ِلآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Artinya: “ Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”.(H.R. Ibnu Asakir). [6]
Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani dan rohani yang keduanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah berfirman:
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒy‰tƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts† ô`ÏB ̍øBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#u‘r& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß™ Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ     [7]
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Qs.Ar-Ra’du: 11)
  1. Cara membiasakan perilaku kerja keras
Rasulullah pernah bersabda “amal duniawi yang dilakukan oleh manusia untuk kepentingan hidupnya dan usaha yang dikerjakan untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga termasuk ibadah serta sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT”. Semua orang yang bekerja dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan berikut:
  1. Harus menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam ajaran Islam
  2. Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati yang tulus
  3. Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.
Agar terbiasa bekerja keras dalam mengerjakan sesuatu lakukanlah beberapa hal berikut ini:
  1. Bekerja keras harus di landasi niat yang baik. Niatkan untuk beribadah kepada Allah SWT.
  2. Awali suatu pekerjaan dengan menyebut nama Allah.
  3. Kerjakan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh
  4. Akhiri dengan menyebut nama Allah.
  5. Serahkan segalanya kepada Allah swt.(tawakal).
Untuk dapat memilki sikap kerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji dan mulia daripada menerima pemberian orang lain.
  2.  Islam memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika terpaksa).
  3. Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan bantuannya.
  4.  Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta.[8]
3.Tekun
  1. Pengertian
Dalam bahasa arab, tekun di kenal dengan istilah nasyit, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata tekun di artikan dengan rajin dan bersungguh-sungguh. Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin, giat, sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat tekun ini diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak kendur walaupun banyak rintangan yang menghadang.Tekun erat kaitannya dengan kerja keras. Orang yang bekerja keras boleh jadi orang yang tekun, rajin, dan penuh kesungguhan. Salah satu  cirri orng yang tekun adalah ia tidak akan membiarkan waktunya terbuang sia-sia dan ia akan mempergunakannya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Tekun merupakan sikap terpuji. Orang yang memiliki sifat ini kemungkinan hidupnya akan sukses. Sebagaimana kerja keras, tekun pun di butuhkan dalam setiap aktivitas kehidupan. Tidak hanya dalam mengerjakan persoalan-persoalan duniawi, tetapi lebih penting lagi dalam mengerjakan urusan-urusan ukhrawi.
Bangkitnya sebuah peradaban dunia sangat bergantung terhadap etos kerja dan ketekunan manusianya. Apabila manusianya memiliki semangat dan memiliki etos kerja tinggi maka hamper bisa di pastikan peradabannya maju. Akan tetapi, jika manusianya malas, tidak tekun dalam bekerja dan berusahasudah bisa di pastikan tidak akan maju. Dalam sebuah pepatah, orang arab menyatakan
"منجدّوجدّ"[9]
“siapa yang bersungguh-sungguh (dalam apapun) pasti dia akan menemukan (sesuatu yang di cita-citakannya).”
Dengan demikian sifat tekun menjadi salah satu modal untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang sebagaimana yang dicita-citakan. Hal itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam mensyi’arkan agama Islam. Ia melakukan dakwah secara terus-menerus kepada keluarga dan masyarakat di sekitarnya agar mentauhidkan Allah SWT. Ia juga melakukan pembinaan yang kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk mempelajari al-Qur’an dan siap berdakwah kepada orang-orang di sekitar mereka dengan cara yang santun dan baik.[10] Dengan kerja keras dan ketekunan mereka, Islam telah berjaya di jazirah Arab ketika itu dan menyebar ke berbagai daerah tanpa adanya paksaan.
Semua manusia yang lahir di muka bumi pasti dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Tidak ada satu pun manusia ahir  di dunia ini dalam keadaan pandai atau pintar. Dengan bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu dan tahun, akal dapat berfikir sebagaimana fungsinya yang telah diberikan Allah. taalla berfirman:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«ø‹x© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ [11]
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS. An-Nahl: 78)
  1. contoh perilaku tekun
Sifat tekun ini dapat pula dilihat dari berbagai kisah orang-orang terdahulu yang shaleh lagi sukses dalam menjalani kehidupannya. Salah satu di antaranya adalah seorang ulama kenamaan yang bernama Ibnu Hajar. Awalnya dia adalah seorang anak yang merasa bodoh. Ia sulit menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Suatu ketika ia melihat batu kecil yang terletak di tepi sungai. Ia mengamati batu kecil itu berlobang/lekuk. Sementara air menetas dari atas dan jatuh tepat di lobang batu kecil tersebut. Ia pun sadar ternyata batu yang keras itu bisa berlobang hanya karena air yang secara terus menerus menetes, walaupun hanya setetes demi setetes. Kemudian, beliau berpikir, meskipun ia merasa bodoh, tetapi jika belajar dengan tekun, terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar. Akhirnya ia belajar lebih tekun lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka. Karena ketekunannya dalam belajar terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai itu, maka ia pun diberi nama Ibn Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak kisah sukses yang dialami oleh orang-orang ternama akibat ketekunannya dalam meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin, tekunlah dalam berusaha baik untuk urusan duniawi terutama dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, maka perubahan ke arah yang lebih baik akan sulit untuk diraih.
C . Cara Membiasakan Perilaku Tekun
Supaya terbiasa tekun dalam semua aktivitas, lakukanlah beberapa hal berikut
  1. Siapkan perencanaan yang matang dalam memulai aktivitas
  2. Bersungguh-sungguhlah dalam setiap aktivitas
  3. Jangan cepat putus asa dalam bekerja dan belajar.
  4. Lakukan terus pekerjaan yang kamu senangi hingga kamu mampu mengerjakannya.
  5. Harus banyak bersabar dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
  6. Jangan tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu
  7. Berserah dirilah kepada Allah swt.
4.Ulet
  1. Pengertian
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), ulet diartikan dengan kuat, tidak mudah putus asa dalam mencapai cita-cita atau keinginan. Ulet juga bisa diartikan dengan berusaha terus dengan giat dan berkemauan keras serta menggunakan segala kecakapannya (potensi) untuk mencapai suatu tujuan. Ulet berarti tahan uji, tidak mudah putus asa dan menyerah jika menemui rintangan dan hambatan yang disertai kemauan kerja keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Meskipun ia gagal dalam suatu urusan, tetapi ia tidak mengeluh, tidak bersedih, dan tidak pula berputus asa sehingga ia akan tetap berusaha dan mencoba lagi untuk mencapai yang diinginkannya. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Orang yang ulet, selain bekerja keras dan tekun, ia juga akan mempergunakan dan mengerahkan semua kemampuan dan potensi diri yang di milikinya untuk mencapai tujuan yang telah di cita-citakannya. Ia tidak sepat menyerah dan tidak ada istilah putus asa pada dirinya
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsƒø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ̍Ïe±o0ur šúïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ   tûïÏ%©!$# !#sŒÎ) Nßg÷Fu;»|¹r& ×pt7ŠÅÁ•B (#þqä9$s% $¯RÎ) ¬! !$¯RÎ)ur Ïmø‹s9Î) tbqãèÅ_ºu‘ ÇÊÎÏÈ   y7Í´¯»s9'ré& öNÍköŽn=tæ ÔNºuqn=|¹ `ÏiB öNÎgÎn/§‘ ×pyJômu‘ur ( šÍ´¯»s9'ré&ur ãNèd tbr߉tGôgßJø9$# ÇÊÎÐÈ [12]
                Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"(156). Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(157)
Jadi, orang yang ulet tidak akan pesimis dalam hidupnya. Ia selalu optimis dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet memerlukan sikap yang optimis, tidak boleh pula optimis yang berlebihan, sebab hal itu dapat menimbulkan kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya diiringi dengan sifat tawakal kepada Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Perhatikan pula firman Allah berikut ini.
( #sŒÎ*sù |MøBz•tã ö@©.uqtGsù ’n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä† tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  [13]
Artinya: Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(Qs. Ali Imran : 159)
Jadi, orang yang ulet tidak akan pesimis dalam hidupnya. Ia selalu optimis dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet memerlukan sikap yang optimis, tidak boleh pula optimis yang berlebihan, sebab hal itu dapat menimbulkan kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya diiringi dengan sifat tawakal kepada Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
  1. Contoh perilaku ulet
Perilaku ulet ini juga banyak di tunjukkan pada masa sahabat-sahabat ketika nabi Muhammad masih hidup adalah sesudah wafat. Sikap ulet juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika bekerja pada Khadijah. Beliau tidak menghiraukan musim panas atau dingin. Dia pantang menyerah, tidak berputus asa, dan ulet dalam memperdagangkan dagangan majikannya ke berbagai tempat dan pasar. Tidak hanya di kota Mekkah, tetapi sampai ke luar Mekah, seperti Yaman, Madinah, Kufah dan Basrah.
Begitu pula dalam berdakwah. Meskipun ia dan para sahabat diteror oleh orang-orang kafir Quraisy, tetapi ia tidak pernah menyerah dan berputus asa untuk menyampaikan dakwah kepada mereka sehingga orang-orang yang menentangnya menjadi sahabat yang setia, seperti Umar bin Khattab, Khalid bin Salid, Abu Sufyan, dan sebagainya. [14]
  1. Cara membiasakan perilaku ulet
Supaya terbiasa ulet dalam semua aktifitas, lakukanlah beberapa hal berikut :
  1. Biasakan bersungguh-sungguh dalam setiap aktivitas
  2. Gantungkan cita-citamu setinggi mungkin, kemudian kejarlah dengan belajar yang serius
  3. Jangan sepat putus asa dalam mengerjakan sesuatu yang sulit.
  4. Coba dan coba terus pekerjaan yang kamu senangi sampai kamu bisa.
  5. Bersabarlah dalam berbagai keadaan
  6. Kembalikan semuanya kepada Allah sambil terus berusaha.
5.Teliti
  1. Pengertian
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, teliti di artikan dengan cermat, seksama,[15] dan hati-hati, sedangkan cermat di artikan dengan seksama, teliti, berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu. Teliti dan cermat stau cermat dan teliti merupakan dua kata yang mengandung arti sama, yaitu seksama dalam mengerjakan sesuatu
Islam sangat menganjurkan untuk cermat dan teliti dalam situasi dan pekerjaan apa pun, termasuk dalam menghadapi berita yang datang padamu. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan Allah dalam al-quran  surat al-hujurat 49 ayat 6.
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å™$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ŠÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4’n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBω»tR ÇÏÈ [16]
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
  1. Contoh perilaku teliti
Sifat teliti juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya ketika menyikapi perlakuan kasar orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam yang ada di Mekah, sementara nabi telah hijrah ke Madinah. Ketika itu para sahabat meminta nabi agar segera berperang melawan kezaliman kafir Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa. Untuk beberapa saat ia menunggu petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia bicarakan dengan para sahabatnya tentang strategi apa yang dilakukan.[17]
Berkat ketelitian dan usaha keras dari nabi dan para sahabat, perang Badar yang tidak seimbang itu (313 orang tentara Islam melawan 1000 tentara kafir Quraisy) akhirnya dimenangkan umat Islam. Dengan demikian, berupayalah dengan kerja keras, tekun, ulet, dan teliti sehingga hasil yang kita peroleh mengalami peningkatan dan akan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Pahami dan perhatikanlah sabda Rasulullah SAW berikut ini:
مَنْكَانَيَوْمُهُخَيْرًامِنْأَمْسِهِفَهُوَرَابِحٌوَمَنْكَانَيَوْمُهُمِثْلَأَمْسِهِفَهُوَمَغْبُوْنٌوَمَنْكَانَيَوْمُهُشَرًّامِنْأَمْسِهِفَهُوَمَلْعُوْنٌ (رواهالحاكم( [18]
Artinya: Barangsiapa amal usahanya lebih baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung; jika amal usahanya sama dengan yang kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi; dan jika amal usahanya lebih buruk dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang terlaknat. (H.R. al-Hakim).
  1. Cara membiasakan perilaku teliti
Supaya terbiasa teliti atau cermat dalam melakukan sesuatu, lakukanlah beberapa hal di bawah ini
  1. Biaskan rapi dam teratur dalam mengerjakan sesuatu
  2. Jangan mudah terpengaruh orang lain
  3. Lakukan check and recheck sebelum memutuskan suatu masalah .
  4. Sebaiknya hati-hati dalam segala hal.
  5. Percayalah kepada diri sendiri.
  6. Biasakan menyenangi dan ketertiban.
Kerja keras tekun, ulet dan teliti saling berhubungan satu sama lain karena suatu usaha atau tujuan tertentu yang sudah dilakukan dengan kerja keras tanpa adanya ketekunan, keuletan, dan ketelitian tidak akakn tercapai secara maksimal. Berikut adalah contoh yanng menunjukkan perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti.
  1. Menyadari bahwa rizki yang diberikan Allah tidak datang dengan tiba-tiba tanpa usaha.
  1. Tidak bersifat malas dan mengeluh terhadap suatu pekerjaan karena akan mempengaruhi etos kerja yang sudah dibangun.
  2. Tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang dapat dilakukan dengan tepat.
  3. Tidak cepat merasa puas hanya pada suatu pekerjaan yang digeluti.
  4. Berusaha peduli terhadap suatu pekerjaan meskipun pekerjaan tersebut tidak disukai.
  5. Berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab.
  6. Berniat sungguh-sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
  7. Tetap optimis dan tidak mudah putus asa apabila menemukan suatu kegagalan.
  8. Melakukan suatu pekerjaan dengan pertimbangan yang matang.
  9. Melakukan pekerjaan tidak hanya dengan fisik /tenaga, tetapi juga dengan hati dan pikiran yang positif.
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan. Akan tetapi, kebutuhan yang harus dipenuhi secara sungguh-sungguh dan bersifat pokok disebut kebutuhan primer. Contohnya adalah pangan, sandang dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita harus kerja keras dengan penuh ketekunan, keuletan dan ketelitian. Tanpa kerja keras, kita tidak mungkin memperoleh apa yang kita inginkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Najm ayat 39-41yang artinya:
br&ur }§øŠ©9 Ç`»|¡SM~Ï9 žwÎ) $tB 4Ótëy™ ÇÌÒÈ   ¨br&ur ¼çmuŠ÷èy™ t$ôqy™ 3“tãƒ ÇÍÉÈ   §NèO çm1t“øgä† uä!#t“yfø9$# 4’nû÷rF{$# ÇÍÊÈ[19]
 Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (39) dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya) (40) kemudian akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna (41).(Q.S. an-Najm: 39-41)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia hanya akan memperoleh apa yang diusahakannya. Usaha itulah yang akan dinilai di hadapan Allah swt.
  1. 3.       Penutup
  2. Kesimpulan
Dari uraian demikian, kesimpulannya adalah :
  1. Kerja keras, tekun, ulet dan teliti merupakan akhlak Terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, terutama bagi seorang pelajar dalam prose pendidikan.
  2. Akhlak terpuji tersebut tidak hanya butuk pemahaman konsep akan tetapi juga diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai umat muslim dalam mencetak prestasi bagi dunia peradaban Islam.
  3. Akhlak Terpuji tersebut merupakan refleksi dari bebrapa sifat-sifat atau akhlak terpuji yang merupakan kepribadian Rasulullah saw. Yang perlu kita teladani.


                     kunjungi juga ya tentang postingan  Ilmu Munasabah, Soal-soal tentang study Quran, Membiasakan perilaku kerja keras, tekun, taat, dan teliti, Menerapkan Hukum Mad shilah dalam  surat Al-Qari'ah dan Al-Zalzalah.

[1] Qs. Al-Qashas : 27
[2] SofwanIskandar, Pendidikan Agama Islam (Depok: CV.Aryaduta, 2003),128.
[3] QS. Al-Qashas : 77
[4] HamzahTualeka.Zn.,M.Ag, Akhlak tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011), 153.
[5]Maulana Muhammad Zakaria, Himpunan Fadhilah Amal,(Jogjakarta: Ash–Shaff 2003),180
[6] SofwanIskandar, PendidikanAgamaIslam (Depok: CV.Aryaduta, 2003),131
[7] QS. Ar-Ra’du : 11
[8] Alfat, Aqidah Akhlak.( Semarang: PT. Toha Putra, 2003) 24.
[9] H.HamzahTualeka.Zn.,M.Ag, Akhlak tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011), 153
[10] Ibid,158.
[11] Qs. An-nahl : 78
[12] Qs. Al-Baqarah : 155-157
[13] Qs. Ali Imran : 159
[14]. Maulana Muhammad Zakaria, Himpunan Fadhilah Amal,(  Jogjakarta: Ash – Shaff, 2003) 180
[15]. Multahim,Pendidikan Agama Islam( Jakarta:Yudistira,2007) 27.
[16] Qs. Al-Hujurat : 6
[17].  Maulana Muhammad Zakaria, Himpunan Fadhilah Amal, ( Jogjakarta : Ash – Shaff, 2003), 195
[18].H.HamzahTualeka.Zn.,M.Ag, Akhlak tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2011), 158
[19] Q.S. an-Najm: 39-41

2 comments:

  1. makasih kak ngbantu bgt nih :)

    ReplyDelete
  2. artikelnya bermanfaat... thks mba.. moga postingan2 brikutnya lebih bermanfaat...

    ReplyDelete

tinggalkan komentar ^^

Kepemilikan /Kata Ganti ضمير

 Dhomir Kepunyaan ( Dhomir Munfasil )   جَمْعٌ ‏مُثَنَّى ‏ مُفْرَدٌ ضمير هُمْ هُم...