A. Pengertian
- 1. Hereditas
Salah
satu dasar perbedaan individual adalah latar belakang hereditas
masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau
pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya.
Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis. [1]
Hereditas pada individu berupa warisan “specific genes“ yang berasal dari kedua orang tuanya. “Genes“ ini terhimpun di dalam kromosom-kromosom atau “colored bodies“. Kromosom-kromosom,
baik dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk
pasangan-pasangan. Dua anggota dari masing-masing pasangan memiliki
bentuk dan fungsi yang sama. Pasangan kromosom dimana dalam
masing-masing kromosom terdapat sejumlah “genes” dan masing-masing “genes” memiliki sifat tertentu, membentuk persenyawaan “genes” yang demikian menjalin senyawa sifat-sifat “genes”.[2]
Masing-masing
individu mulai hidup dengan satu sel di dalam indung telur yang telah
dibuahi oleh satu sperma. Sel ini terbagi menjadi dua, masing-masing
terbagi lagi menjadi dua, masing-masing sel bagian terbagi lagi menjadi
dua-dua dan seterusnya sehingga membentuk organ. Proses pembagian sel
semacam ini disebut “mitosis”.
Semua
sel dalam badan memiliki hereditas identik sebagai akibat dari adanya
proses individuasi dan diferensiasi. Setiap sel terdeferensiasi,
sebagian menjadi sel-sel mata, sebagian menjadi telinga, sebagian
menjadi tetek, sebagian menjadi kulit, sebagian menjadi daging, sebagian
menjadi otot, tulang, dan sebagainya. Pembentukan atau deferensiasi ini
sangat tergantung kepada sifat dan interaksi lingkungan seluler. Proses
kimiawi dan elektronik berbeda-beda pada setiap sel yang hal ini
tergantung pada posisi tiap-tiap sel. Ini berarti, bahwa “differential gradients” (kekuatan-kekuatan pengarah bentuk organisme) adalah tersusun.
Di antara semua sel, sebagian sel dicadangkan untuk fungsi pembiakan/pembenihan. Sel-sel ini disebut sel-sel “germ”. Sejak individu dilahirkan, dia telah memiliki sel-sel “germ”
ini. Ketika individu mencapai kematangan seksual, dalam tubuhnya
terjadi pembentukan sel-sel benih yang prosesnya berasal dari sel-sel “germ”. Proses ini disebut “meiosis”.
Apabila proses ini terjadi pada anak laki-laki, maka terbentuklah bahan
yang disebut sperma. Apabila proses ini terjadi pada anak perempuan,
maka terbentuklah bahan yang disebut ova atau telur-telur dalam
kandungan. Produksi benih ini akan lebih nyata ketika anak mencapai
tingkat pubertas. Apabila dua individu berlainan jenis kelamin melakukan
perkawinan, terjadilah proses genetis seperti yang dikemukakan di atas
dalam rangka membentuk individu baru.
Proses
genetis individu berawal dari pertemuan antara 24 kromosom ayah dan 24
kromosom pihak ibu. Keempat puluh delapan kromosom itu bercampur dan
berinteraksi membentuk pasangan-pasangan baru. Akibat dari peristiwa ini
terjadilah pertemuan “genes” pada setiap pasangan kromosom dari ayah dan dari ibu yang memiliki sifat tertentu. Akibat dari pertemuan “genes”
itu maka terjadilah perubahan sifat hereditas. Jadi, dasar hereditas
dari perbedaan individual adalah adanya kombinasi-kombinasi “genes” yang mengakibatkan adanya perubahan-perubahan sifat “genes”.
2. Lingkungan
Orang
sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan
hanyalah alam sekitar di luar diri manusia/individu. Lingkungan itu
sebenarnya mencakup segala materiil dan stimuli di dalam dan di luar
diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun
sosial-kultural. Dengan demikian, lingkungan dapat diartikan secara
fisiologis, secara psikologis, dan secara sosio-kultural.
Secara
fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan materiil jasmaniah
di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf,
peredaran darah, pernapasan, pencernaan makanan, kalenjar-kalenjar
indokrin, sel-sel pertumbuhan, dan kesehatan jasmani.
Secara
psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh
individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi
itu misalnya berupa: sifat-sifat “genes”, interaksi “genes”, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual.
Secara
sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan
kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang
lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat,
latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan dan penyuluhan,
adalah termasuk sebagai lingkungan ini.
Dengan
diperluasnya konsep tentang lingkungan ini, maka orang pun semakin
mengalami kesulitan dalam membedakan antara konsep lingkungan dengan
konsep hereditas. Kesulitan itu dapat mengakibatkan orang menjadi
kebingungan dalam membedakan antara hereditas dan lingkungan apalagi
jika yang dimaksudkan dengan lingkungan adalah lingkungan fisiologis.
Kebingungan itu dapat meningkat menjadi miskonsepsi setelah orang
menghadapi istilah-istilah “hereditary”, “inbom”, “innate”,
“congenital”, dan “native”. Istilah-istilah tersebut sulit sekali
dibedakan, padahal beberapa istilah itu adalah ada yang invironmental.
Adalagi
anggapan yang mengaburkan, bahwa hereditas adalah kesamaan parental.
Sifat-sifat atau perwujudan jasmani yang sama antara orang tua dan
keturunannya dianggap sebagai hereditas, padahal belum tentu setiap
kesamaan sifat dan penampakan adalah hereditas. Kesamaan sifat dan
penampakan seseorang dengan orang tuanya dapat terjadi karena modifikasi
sifat-sifat itu dengan lingkungan.
- B. Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Manusia
- Pengaruh Heriditas dan Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Manusia.
- Penemuan dari Abbot Gregor Mendel (1857)
Setiap
hasil pengamatan oleh Mendel dianalisis dengan menghasilkan kesimpulan
yang terkenal dengan sebutan “Hukum Mendel”. Hukum Mendel ini dilaporkan
dalam sebuah paper pada tahun 1865 yang kemudian diterbitkan tahun
1866. Hukum Mendel terdiri atas tiga item, masing-masing berbunyi
sebagai berikut :
1) Sifat-sifat warisan/turunan dihasilkan oleh apa yang disebut Mendel “elements” atau “factors” yang diteruskan dengan tidak berubah dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
2)
Dalam masing-masing individu, elemen-elemen atau faktor-faktor itu
berbentuk pasangan-pasangan, di mana dalam satu pasangan dua elemennya
mempunyai pengaruh yang berbeda, salah satu elemen mendominasi elemen
lainnya sehingga dapat dikatakan, bahwa elemen yang satu adalah “dominant” dan elemen yang lain “recessive”.
3)
Ketika benih-benih terbentuk di dalam individu, para anggota
masing-masing pasangan elemen memisahkan diri dari pasangan-pasangan
lainnya sehingga membentuk pasangan baru di mana satu dari dua elemen
yang berpasangan berasal dari masing-masing induk (orang tuanya), dan
ini diturunkan kepada keturunan/anak cucunya.
- Proses Hereditas dalam Pertumbuhan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari proses hereditas adalah sebagai berikut :
1) Sifat-sifat pribadi manusia pada umumnya tergantung kepada pengaruh kombinasi-kombinasi “genes”
2) Sel-sel benih dari masing-masing orang tua (ayah dan ibu) berisikan bermacam-macam kombinasi “genes” sebagai akibat dari adanya pembiakan sel-sel.
3)
Sel-sel dari ayah dan sel-sel dari ibu bertemu dan berinteraksi
menghasilkan organisme baru yang membentuk berbagai macam kombinasi “genes” pada anak keturunannya.
Gambaran
yang paling sederhana mengenai mekanisme hereditas adalah adanya
interaksi faktor-faktor yang terkandung di dalam sepasang “genes”.
Apabila individu memperoleh satu gene albinia
dari salah satu atau kedua orang tuanya, maka ia akan mengalami
kemungkinan menjadi albino. Indung telur pada individu wanita selalu
mempunyai dua kemungkinan untuk memperoleh “genes foralbinism” dari kedua belah pihak orang tuanya, maka ia menjadi berkulit albino (cc). Apabila individu memiliki dua “genes”
warna normal dari kedua belah pihak orang tuanya, maka ia akan memiliki
pigmentasi kulit normal (CC). Kedua individu tersebut (yaitu individu
albino dan individu berpigmentasi normal) disebut individu yang “homozygous”. Apabila individu memperoleh “genes” warna normal dari salah satu orang tuanya dan “genes” albinis dari satu orang tuanya yang lain, maka sebagian kulitnya dapat menjadi albino (Cc). Individu yang seperti ini disebut “heterozigous”
Individu menjadi laki-laki atau perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom yang disebut “the sex chromosomes”.
Masing-masing kromosom seks dalam pasangan itu diberi simbol dengan X
dan Y. Pada pihak ayah terdapat dua macam kromosom seks, yaitu X dan Y.
Pada pihak ibu hanya terdapat satu macam kromosom seks, yaitu X. Apabila
individu mendapat kromosom X dari ibunya dan kromosom Y dari ayahnya,
maka ia hanya tumbuh dari satu macam kromosom X. Dalam hal demikian ia
menjadi perempuan. Apabila individu mendapat kromosom X dari ibunya dan
kromosom Y dari ayahnya, maka ia menjadi laki-laki. Dengan demikian yang
menyebabkan seseorang itu menjadi laki-laki ataukah perempuan adalah
tentang ada atau tidaknya pengaruh kromosom Y, dan kromosom Y hanya
dapat diperoleh dari pihak ayah.
Dalam pertumbuhan lebih lanjut, masing-masing individu, baik perempuan maupun laki-laki mempunyai semua “genes”
yang diperlukan untuk pertumbuhan kedua jenis kelamin. Apabila pada
tubuh seseorang kromosom X-nya dominan sedangkan kromosom Y-nya resesif,
maka sifat kewanitaan pada orang itu kuat. Apabila pada tubuh seseorang
kromosom X-nya resesif sedangkan kromosom Y-nya dominan, maka orang itu
memiliki sifat kelelakian kuat. Dari sini kita dapat memperoleh
penjelasan tentang adanya kasus pertumbuhan “waria” atau “prinitia”.
Demikianlah
telah dikemukakan beberapa contoh mekanisme hereditas dari
faktor-faktor pertumbuhan. Mekanisme hereditas pada faktor-faktor
pertumbuhan lain seperti kebotakan, pertumbuhan kumis atau jenggot,
warna mata, dan sebagainya pada dasarnya adalah sama seperti yang
terjadi pada albino atau jenis kelamin.
d) Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan
Lingkungan
sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik. Sejak individu
berada dalam konsepsi, lingkungan telah ikut memberi andil bagi proses
pertumbuhan/pembuahan. Suhu, makanan, keadaan gizi, vitamin, mineral,
kesehatan jasmani, aktivitas dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan. Klasifikasi tingkah laku manusia dapat diadakan, terdiri
atas 4 macam, yaitu : insting, habits, native behavior, acquired
behavior. Semua jenis tingkah laku tersebut dipengaruhi, baik oleh
hereditas maupun lingkungan
- Pengaruh Heriditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Manusia.
Setiap
perkembangan pribadi seseorang merupakan hasil interaksi antara
hereditas dan lingkungan. Pengaruh hereditas berasal dari
kombinasi-kombinasi “ genes”. Satu sel “ germ “ manusia berisikan 24
kromosom membentuk beribi-ribu “genes “. Genes ini memberikan
sifat-sifat kepada masing-masing kromosom, dan sifat-sifat kromosom itu
dapat di hubungkan dengan tipe-tipe kepribadian, cirri-ciri jasmaniah,
taupun pekerjaan individual. Pada saat konsepsi, masing-masing pasangan
kromosom berinteraksi membentuk individu baru.
Individu
dan lingkungannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan.
Hereditas dan lingkungan sama-sama berperan penting bagi perkembangan
individu. Dengan adanya saling tergantung antara hereditas dan
lingkungan hal ini menimbulkan hal yang sulit bagi para sarjana. Dengan
meneliti seseorang secara langsung mereka tidak bisa membedakan dominasi
pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap warna rambut, warna kulit,
bentuk tengkorak atau inteligensi seseorang. Penelitian baru berhasil
jika meneliti sekurang-kurangnya dua orang dengan latar belakang
pengalaman-pengalaman mereka.[3]
Sifat-sifat
hereditas sangat sukar diubah, meskipun pada generasi-generasi
berikutnya diadakan modifikasi intensif misalnya dengan program-progran
eugenic (egenitik), sterilisasi ataupun perkawinan selektif. Sedangkan
sifat-sifat yang tumbuh akibat pengaruh lingkungan relative lebih mudah
diubah melaluperbaikan-perbaikan pendidikan, social dan politik.
- C. Konstribusi yang saling berhubungan dari heriditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia
Agar
kita memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai hal ini, berikut ini
di kemukakan tentang sumbangan-sumbangan interaktif dari hereditas dan
lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu.
1) Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan fisik:
-
Sumbangan hereditas : tinggi, bentuk kerangka, dan struktur badan di
sebabkan oleh pertumbuhan potensi-potensi atau sifat-sifat dalam “
genes”; struktur dari system saraf juga di bentuk oleh pertumbuhan
genetis. Batas-batas perkembangan fungsi-fungsi sensoris dan motoris
juga ditentukan oleh pertumbuhan genetis, dan batas-batas perkembangan
itu sangat bervariasi.
-
Sumbangan lingkungan : segenap pengaruh hereditas itu dapat diganggu
oleh lingkungan yang abnormal. Terlebih-lebih kesehatan jasmaniyah dan
kehidupan itu sendiri pada baik tidaknya pemeliharaan.
2) Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan mental
-
Sumbangan hereditas : bukti-bukti menunjukkan. Bahwa anak-anak yang
lahir dengan berbagai kapasitas mental dengan berbagai kapasitas mental.
Dengan berbagi potensi music, melukis, menyanyi, menukang, berpidato,
dan sebagainya. Dalam batas-batas tertentu adalah tumbuh dan berkembang
secara genetis. Ini berarti hereditas berperan penting. Sumbangan
lingkungan : lingkungan-lingkungan yang baik dibutuhkan untuk
mengembangkan kapasitas mental pada taraf-taraf yang di harapkan.
3) Dalam bidang kesehatan mental dan emosi serta kepribadian
-
Sumbangan-sumbangan hereditas : walaupun bidang ini lingkungan hidup
sangat berpengaruh, namun manusia di lahirkan dengan struktur jasmaniah
seperti system saraf. Kelenjar-kelenjar dan organ-organ yang semua itu
menentukan stabilitas emosi serta membedakan kapasitas mental dan
manusia lebih banyak di pengaruhi oleh hereditas
-
Sumbangan lingkunan : apabila anak-anak yang berasal dari lingkungan
rumah sehat dengan suasana keluarga penuh kasih sayang dan penuh
dorongan bagi mereka. Maka besar kemungkinannya bahwa anak-anak itu akan
memiliki kesehatan mental dan emosi yang baik
4) Dalam hal sikap-sikap, keyakinan, dan nilai-nilai
-
Sumbngan hereditas: posisi dan pandangan hidup banyak tergantung kepada
kapasitas-kapasitas pribadi yang dalam batas tertentu diwariskan.
-
Sumbangan lingkungan: sikap-sikap, keyakinan dan nilai-nilai itu
kebanyakan berkembang dari kultur dimana seorang di lahirkan, yang
kemudian sangat di pengaruhi oleh ego, pribadi, dan belajar. [4]
- D. Perbedaan pandangan antara aliran-aliran empirisme, nativisme dan konvergensi. Tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Mengenai
masalah manusia tetang pentingnya pertumbuhan dan perkembangan
individu, telah lama diperdebatkan oleh ahli- ahli biologi dan psikologi
maupun ahli- ahli yang lainnya yang tiada habisnya. Hereditas atau
ligkungankah yang mendominasi dalam perkembangan dan pertumbuhan
manusia.[5] Dibawah ini adalah aliran – aliran yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia antara lain adalah:
- Aliran Nativisme
Istilah
Nativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir. Nativisme
adalah sebuah doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap
pemikiran psikologis. Apapun yang terjadi pada individu dalam
pertumbuhannya seluruhnya tergantung pada pengaruh pembawaan. Aliran ini
berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh
faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir,pembawaan yang telah
terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat
pembawaan. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak
didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Seorang
filosof dari jerman yang bernama Schoppenhour, mengemukahkan bahwa
lingkungan hidup dan pendidikan tidak berpengaruh.
- Aliran Empirisme
John
lock seorang filosof dari inggris dan psikolog yang hidup sekitar abad
18 berpendapat bahwah lingkungan hidup adalah satu- satunya factor yang
menentukan perkembangan hidup individu, sedagkan pembawaan tidak ada
arti. Doktrin aliran empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa,
sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau
lembaran kosong. Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman,
lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia semata-mata
bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat
dan pembawaan sejak lahir di anggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal
ini para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula
rasa, dalam keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa.
Aliran
empirisme berlawanan dengan aliran nativisme. Karena dalam perkembangan
anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali di tentukan oleh
lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang di terimanya
sejak kecil. Manusia-manusia dapat di didik menjadi apa saja(kearah yang
baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau
pendidikannya.
Kedua
teori ini sangat berat sebelah. Ahli aliran keduanya lupa bahwa dalam
kenyataanya suatu hereditas dan lingkungan tak dapat dipisah- pisah
dalam proses perkembangannya. Tidak ada orang hidup semata- mata
terpengaruh oleh hereditas dan lingkungan hidup saja. Tetapi jiwa
manusia tidak mungkin berkembang bila tidak ada kemampuan berkembang.
Walaupun potensi itu ada, tetapi bila situasi dan kondisi tak member
kemungkinan berkembang, maka potensi berkembang itu tidak aka nada
kenyataannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwah manusia hidup,
tumbuh, dan berkembang karena pengaruh hereditas dan lingkungan.[6] Oleh karenanya timbullah aliran ketiga yaitu :
- Aliran Konvergensi
Aliran
konvergensi merupakan gabungan dari aliran nativisme dan empirisme,
aliran ini menggabungkan pentingnya hereditas dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia, tidak hanya
berpegang pada pembawaan, tetapi juga kepada faktor yang sama pentingnya
yang mempunyai andil lebih besar dalam menentukan masa depan seseorang.
Aliran konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkemangan manusia
itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan
dan faktor lingkungan, pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori
konvergensi. (convergentie = penyatuan hasil, kerjasama mencapai satu
hasil. Konvergeren = menuju atau berkumpul pada satu titik pertemuan).
Dari
ketiga teori tersebut jelaslah bahwa semua yang berkembang dalam diri
suatu individu di tentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya.
Seorang anak dapat berkata-kata juga di pengaruhi oleh dua faktor,
pembawaan dan lingkungan. Jika salah satu dari kedua faktor itu tidak
ada, tidaklah mungkin kepandaian berkata-kata dapat berkembang.
- E. Perbandingkan antara tiga aliran tersebut dengan pandangan Islam
Jadi
jelas bahwah hereditas dan lingkungan bukanlah dua hal yang saling
bertentangan, tetapi merupakan dua unsure yang saling melengkapi bagi
perkembangan individu dan keduanya sama- sama pentingnya. Walaupun
setiyap sifat dan ciri pada manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan
hereditas atau pembawaan pengaruh tak selalu sama.
Dalam hadits nabi mengatakan bahwa :
“semua
anak dilahirkan atas kesucian/kebersihan (dari segala dosa/noda) dan
pembawaan beragama tauhid,sehingga ia jelas bicaranya.maka kedua orang
tuanyalah yang menyebabkan anaknya menjadi yahudi atau nasrani atau
majusi,”(HR.Abu ya’lah,altab rani,dan al baihaqi dari aswad bin sari’).
Hadits
diatas menerangkan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci atau belum
mengetahui apa-apa kecuali bekal potensi dan hereditas yang
dibawanya.sedangkan perkembangan selanjutnya itu akan dipengaruhi oleh
factor lingkungan atau pendidikan dan orang tua disini sebagai pendidik
mempunyai peran atau andil yang sangat pentinng untuk mengarahkan anak
kejalan yang mereka kehendaki.
Dari
pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa aliran yang sampai sekarang
masih di anut oleh masyarakat adalah aliran konvergensi, karena
merupakan aliran yang menggabungkan antara aliran nativisme dan
empirisme dan juga merupakan aliran yang sempurna. Sedangkan masyarakat
Indonesia mayoritas juga menganut aliran konvergensi .Menurut pandangan
islam pendidikan sangat amat penting berdasarkan dalil-dalil yang telah
di sebutkan di atas tadi.
kunjungi juga postingan tentang Ilmu Sebagai Produk, Analisis Tes Psikologi, Hereditas dan Lingkungan, Karakteristik Perkembangan Fisik Biologis, juga Karakteristik Perkembangan Fisik Biologis dalam kehidupan nyata
kunjungi juga postingan tentang Ilmu Sebagai Produk, Analisis Tes Psikologi, Hereditas dan Lingkungan, Karakteristik Perkembangan Fisik Biologis, juga Karakteristik Perkembangan Fisik Biologis dalam kehidupan nyata
[1] Drs.WastySoemanto,M.Pd.,PsikologiPendidikan.,PTRinekaCipta,Jakarta1998,hal82
[2] M.Dalyono,psikologipendidikan.,PT.rinekacipta,jakarta1997,hal143
[3] M.Dalyono,psikologipendidikan.,PT.rinekacipta,jakarta1997,hal143
[4] Drs.WastySoemanto,M.Pd.,PsikologiPendidikan.,PTRinekaCipta,Jakarta1998
[5] Drs.Mustaqim,PsikologiPendidikan.,PTMeltonPutra.,jakarta2003,hal10
[6] Ibid 11
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar ^^