MENENTUKAN
masalah, MERUMUSKAN JUDUL DAN DESAIN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti
anda pelajari pada bagian sebelumnya, pada hakikatnya Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) diawali dari keinginan kuat dari guru sebagai peneliti untuk memperbaiki,
memperbaharui dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disinyalir selalu
membosankan dan menjenuhkan siswa. Metode pembelajaran bersifat konvensional,
materi pembelajaran jauh dari kebutuhan siswa, dan kegiatan belajar berpusat
pada guru, sehingga kian membingungkan apa yang siswa inginkan.
Penelitian
Tindakan Kelas berupaya bagaimana memperbaiki kinerja guru dan aktivitas siswa
berusaha untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Berangkat dari kondisi seperti ini guru merancang kegiatan yang
dimulai dari merencanakan, mengimplementasikan, mengamati dan akhirnya
mengevaluasi serta merefleksi upaya yang paling tepat dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut. Tentunya masalah yang berhubungan dengan
pembelajaran yang berkaitan erat dengan keberhasilan belajar siswa.
Rencana
atau desain merupakan dua hal yang seolah-olah dianggap sama yaitu
menunjukkan kerangka secara konseptual bagaimana langkah-langkah prosedural PTK
dilakukan. Rencana lebih bersifat konseptual yaitu bagaimana peneliti
merupakan melakukan kegiatan berdasarkan alur prosedur penelitian PTK yaitu
seperangkat kegiatan yang ditata secara sistematik dan runtut akan dilaksanakan
oleh peneliti semata-mata untuk mencapai tujuan penelitian/akan tetapi desain
lebih bersifat operasional yang memungkinkan peneliti melakukan interpretasi
dari hasil studi melalui analisis data berdasarkan kriteria tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
cara menentukan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ?
2. Bagaimana
cara merumuskan judul dalam Penelitian Tindakan Kelas ?
3. Bagaimana
Desain Penelitian Tindakan Kelas ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menentukan Masalah
Menentukan masalah untuk PTK
sebenarnya tidak sulit karena masalah yang harus diangkat terkait dengan
hal-hal praktik sederhana yang akrab dialami setiap hari dalam pembelajaran.
Maka apabila seorang pendidik paham dan peduli terhadap pembelajaran maka tidak
akan sulit menemukan masalah untuk PTK. Selain itu sebenarnya masalah PTK
berpangkal hanya pada dua hal saja yaitu proses pembelajaran dan
hasil belajar. Jadi ketika mencari masalah untuk diangkat dalam PTK
maka dua pertanyaan besar yang harus diajukan yaitu pertama: Apakah
proses pembelajaran sudah baik?; dan kedua : Apakah
hasil belajar sudah baik? Apabila
jawabannya tidak atau belum maka disana terdapat masalah.
Untuk menentukan sebuah masalah yang
langkah-langkah harus dilakukan antara lain : Mengidentifikasi masalah,
menganalisis dan merumuskan masalah serta merencanakan perbaikan.
Permasalahan guru yang berkaitan
dengan masalah pembelajaran (strategi belajar mengajar, pengelolaan
pembelajaran dsb) dapat di jumpai dari keseharian kegiatan di dalam kelas,
seperti kesulitan siswa dalam menyimpulkan suatu topic, menganalisis soal dalam
bentuk uraian, miskonsepsi (kesalahan konsep), menentukan pokok pikiran suatu paragraph
dalam sebuah wacana dan lain-lain.
Masalah juga bisa di peroleh dari
keinginan untuk meningkatkan hasil kerja, dari membaca buku, dan dari beberapa
sumber lain yang berkaitan dengan strategi belajar mengajar. Akan tetapi yang
lebih baik adalah masalah datangnya dari guru sendiri, karena hal itu di dorong
oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah, sehingga peneliti dapat menghayati
permasalahan.
Masalah perlu di rumuskan secara
jelas dan spesisik. Apabila di temukan beberapa macam masalah, maka harus di
pilih masalah yang di hadapi oleh sebagian besar siswa, masalah yang dapat di
pecahkan, masalah yang apabila di pecahkan akan memberikan manfaat yang banyak.
Dan harus diingat bahwa masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi
kriteria “dapat diteliti” atau “dapat diamati”,dan “dapat ditindaki” dan
tentunya dapat ditindak lanjuti.[1]
Untuk menentukan Masalah yang akan
dipilih, haruslah berdasarkan hal-hal berikut ini:
1.
Merupakan masalah pembelajaran yang actual.
2.
Tingkat kepentingan
masalah yang ada.
3.
Tingkat Kebermanfaatan dari pemecahan masalah tersebut
(nilai strategis).
4.
Dapat ditemukan penyebab dan alternatif tindakannya.
Dengan pembatasan masalah secara
jelas akan memungkinkan untuk merumuskannya dengan benar serta dapat di
identifikasi (diagnosis) dengan seksama faktor-faktor penyebabnya sehinnga
tindakan atau treatment/ terapi untuk memecahkan masalah tersebut dapat
disusun dengan tepat dan mudah.
Pada tahap ini diperlukan pengkajian
sistematik dan seksama terhadap penyebab timbulnya masalah yang kemudian
dinamakan sebagai Variable. Misalnya menghadapi masalah rendahnya kemampuan berbicara (speaking
ability) dalam bahasa inggris pada siswa SMA. Pada kasus ini diperlukan data
dan kajian teori untuk menjelaskan masalah yang terjadi. Jika penyebab masalah
itu di temukan.
Mislanya kelemahan tersebut di
sebabkan oleh kurangnya kesempatan berbicara dalam kelas, guru lebih banyak
menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris dalam kegiatan
pembelajaran, Maka di pilih hubungan Variabel-variabel tersebut dengan
permasalahan. Hubungan ini di kembangkan menjadi hipotesis.
Sagor (1992) dalam supriyadi (2005), merinci bagaimana
seharusnya rumusan masalah Action research di susun agar lebih afektif, yaitu
dengan menggunakan lima pertanyaan :
1. Siapa yang terkena dampak Negatifnya ?
2. Siapa atau apa yang di perkirakan sebagai penyebab
masalah itu?
3 Masalah apa sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi tujuan perbaikan ?
5. Apa
yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? ( tidak wajib, merupakan hipotesis
tindakan)[2]
Setelah kita mengidentifikasi
permasalahan di kelas dan kita telah menentukan permasalahan yang akan
diteliti, langkah selanjutnya adalah mengidentifasi penyebab permasalahan
tersebut terjadi. Ingat, tidak ada masalah tanpa penyebab. Untuk
mengidentifikasi penyebab permasalahan tersebut, kita gali semua kemungkinan
yang bisa menimbulkan permasalahan.
Berdasarkan rumusan masalah (juga
mencakup penyebab timbulnya masalah), guru mencoba mencari cara untuk
memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dengan perkataan lain, dalam
langkah ini guru merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk
memgatasi masalah tersebut. Untuk merancang suatu tindakan perbaikan guru dapat
:
1. Mengacu pada teori yang relavan
2. Bertanya kepada ahli terkait
3. Berkonsultasi dengan supervisor
Ahli yang terkait mungkin ahli
pembelajaran bidang studi. Rencana tindakan perbaikan di tuangkan dalam rencana
pembelajaran.
B.
Merumuskan Judul
Judul
PTK hendaknya menyatakan dengan cermat dan padat permasalahan serta bentuk
tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Rumusan judul
hendaknya singkat, spesifik, jelas, dan sederhana, namun secara tersirat telah
menampilkan sosok PTK. Dengan kata lain, judul cukup jelas mewakili gambaran
tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yan dipilih untuk menyelesaikan
atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi. Sebagai bahan banding,
perhatikan judul yang bukan PTK dan judul yang termasuk PTK.
Contoh judul yang bukan PTK :
-
Kemampuan
menulis siswa kelas 6 sekolah dasar se-Kodya Malang
-
Dampak
pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar siswa kelas 6 sekolah dasar
se kecamatan Bangsal,Kabupaten Mojokerto.
Judul-judul tersebut tidak menggambarkan
sosok PTK walaupun sasarannya adalah penelitian kelas. Mengapa demikian ? semua
judul tersebut tidak memperlihatkan usaha atau upaya untuk meningkatkan atau
memperbaiki keadaan didalam kelas menjadi lebih baik daripada keadaan
sebelumnya. [3]
Contoh judul PTK :
-
Upaya
menumbuhkan semangat siswa mencapai standar kompetensi dengan model
pembelajaran Heroik dan turnamen matematika SMA
-
Peningkatan
kompetensi menulis pengalaman siswa kelas VII SMP negeri 2 Gatak melalui pola
latihan berjenjang.
C. Desain PTK
Penelitian
tindakan kelas bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab dari berbagai
permasalahan pemblejaran yang di hadapi seperti kesulitan siswa dalam
mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah
memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar
itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut :
1. Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang mengikut sertakan secara aktif peran guru
dan siswa dalam berbagai tindakan
2. Kegiatan refleksi ( perenungan,
pemikiran, evaluasi ) di lakukan berdasarkan pertimbangan rasional (
menggunakan konsep teori ) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan
tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.[4]
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi
dan kondisi pembelajaran dilakukan secara praktis ( dapat dilakukan dengan dalam praktik
pembelajaran )
Prosedur
pelaksanaan penelitian tindakan kelas meliputi penetapan focus permasalahan,
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang di ikuti dengan kegiatan
observasi, interprestasi, dan analisis serta refleksi. Apabila diperlukan, pada
tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut di lakukan secara
berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang di tempuh pada
siklus pertama dan siklus selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. penetapan focus permasalahan
2. perencanaan tindakan
3. pelaksanaan tindakan
4. pengumpulan data (pengamatan/ Observasi )
5. Refleksi ( analisis dan Interprestasi )
6. Perncanaan tidak lanjut.[5]
Untuk lebih jelasnya rankaian kegiatan dari setiap siklus
dapat dilihat pada gambar berikut.
Permasalahan
|
Perancanaan tindakan I
|
Pelaksanaan tindakan I
|
Refleksi
I
|
Pengamatan/ pengumpulan Data
I
|
Permasalahan
baru, hasil refleksi
|
Perancanaan tindakan II
|
Pelaksanaan tindakan II
|
Pengamatan/ pengumpulan Data
II
|
Bila Permasalahan
belum terselesaikan
|
Refleksi
II
|
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
|
Desain-desain
Penelitian tindakan kelas tersebut antara lain :
1)
Model Kurt Lewin,
2)
Model Kemmis & McTaggart,
3)
ModelJhon Elliot, dan 4) Model Hopkins.
1.
Desain
Model Kurt Lewin
Model
Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau menjadi kerangka dasar dari
adanya berbagai model penelitian tindakan kelas yang lain, khususnya PTK.
Dikatakan demikian karena dialah sebagai pencetus awal memperkenalkan satu satunya
orang yang berani menampilkan gagasanya tentang action research atau
penelitian tindakan. Kurt Lewin memperkenalkan konsep pokok penelitian tindakan yang meliputi empat komponen penting, yaitu:
adanya berbagai model penelitian tindakan kelas yang lain, khususnya PTK.
Dikatakan demikian karena dialah sebagai pencetus awal memperkenalkan satu satunya
orang yang berani menampilkan gagasanya tentang action research atau
penelitian tindakan. Kurt Lewin memperkenalkan konsep pokok penelitian tindakan yang meliputi empat komponen penting, yaitu:
1.
perencanaan(planning)
2.
Tindakan(acting)
3.
Pengamatan(observing)
4.
Refleksi(reflecting)
Rencana
tindakan seperti apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,merubah, dan
meningkatkan perilaku dan sikap belajar
siswa untuk dicarikan solusi
yang terbaik. Tindakan apa yang mesti dilakukan oleh guru sehubungan dengan
adanya upaya perbaikan, peningkatan dan perubahan yang diinginkan. Mengamati
atas hasil atau dampak dari tindakan atau perlakuan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa. Refleksi atas dasar analisis kajian peneliti untuk melihat
dan mempertimbangkan atashasil atau dampak dari sebuah tindakan atau perlakuan dari
berbagai kriteria. Berdasarkan kegiatan merefleksi ini, peneliti bersama-sama
guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.Hubungan keempat
komponen tersebut merupakan satu siklus,hal inidapatdigambarkan sebagai berikut
Planning
|
Action
|
Siklus PTK
|
Reflecting
|
Observing
|
2. Model Kemmis &
McTaggart
Model
Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep
dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin seperti
dijelaskan di atas.
Model ini
ACTING, REFLECTING, PLANNING, OBSERVING hampir sama dengan model Kurt Lewin
hanya saja komponen acting (tindakan)dengan observing (pengamatan) dijadikan
sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan adanya kenyataan
yangtidak dapat dipungkiri ketika antara implementasi acting dan observing
sebenarnya dua kegiatan tapi tidak
dapat dipisahkan secara tegas. Artinya ketika seorang peneliti
melakukan tindakan otomatis ia melakukan pengamatan pula karena kegiatan itu
dilakukan dalam satu kesatuan waktu secara bersamaan.
melakukan tindakan otomatis ia melakukan pengamatan pula karena kegiatan itu
dilakukan dalam satu kesatuan waktu secara bersamaan.
Begitu
berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga dilaksanakan. Desain
Kemmis ini menggunakan model
yang dikenal sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan
perencanaan kembali merupakan
dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan. Permasalahan
penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dan mendorongnya
untuk menjawab sendiri pertanyaannya. Semua ini dirancang saat kegiatan
difokuskan pada tahap perencanaan (plan).
dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan. Permasalahan
penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dan mendorongnya
untuk menjawab sendiri pertanyaannya. Semua ini dirancang saat kegiatan
difokuskan pada tahap perencanaan (plan).
Pada
kegiatan tindakan (act), mulai diajukan
pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka
pahami dan apa pula yang mereka minati. Dalam kegiatan pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan berikut jawaban siswa
dicatat dan direkam untuk
melihat apa yang sedang terjadi.
melihat apa yang sedang terjadi.
Pengamat
juga membuat catatan lapangan perilaku apa yang muncul dapat terekam oleh
indera peneliti. Sedangkan dalam hal kegiatan refleksi (reflect) ternyata kontrol kelas
yang terlalu ketatmenyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga
tidak mencapai
hasil yang baik oleh karena itu perlu diperbaiki.
hasil yang baik oleh karena itu perlu diperbaiki.
Pada
siklus berikutnya, perencanaan
direvisi dengan cara memodifikasi dalam bentuk apakahmengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol
siswa agar strategi bertanya bisa
berjalan dengan mulus.
Kemudian
saat tindakan siklus berikutnya hal itu dilakukan, dicatat dan direkam untuk
melihat pengaruhnya terhadap adanya dampak terhadap perilaku siswa. Pada tahap refleksi,
ternyata siswa saat dikelas selalu gaduh, mengingat control dikurangi.
Bagaimana cara memperbaikinya, apakah dengan cara saling mendengarkan atau dengan
mengajukan pertanyaan lanjutan, pelajaran
apa yang bisa menolongnya pada pembelajaran dikelas. Untuk lebih jelasnya
berikut ini dikemukakan bentuk desainnya sebagai berikut:
PELAKSANAAN
|
PERENCANAAN
|
PENGAMATAN
|
SIKLUS 1
|
REFLEKSI
|
PELAKSANAAN
|
PERENCANAAN
|
PENGAMATAN
|
REFLEKSI
|
SIKLUS 2
|
Apabila dicermati pada bagan di
atas, desain model Kemmis &McTaggart ini pada
hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satuperangkat terdiri dariempatkomponen,yaituperencanaan,tindakan,pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi,dan refleksi.
hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satuperangkat terdiri dariempatkomponen,yaituperencanaan,tindakan,pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi,dan refleksi.
Bilaandacermatibagandiatasnampakjelas,bahwa
didalamnya terdiri dua perangkat komponen yang dikatakan sebagai dua siklus.
Untuk pelaksanaannya sesungguhnya jumlah siklus sanga ttergantung pada
permasalahan yang dihadapi dan perlu dipecahkan. Andaikan permasalahan itu
terkait dengan materi dan tujuan pembelajaran dengan sendirinya jumlah siklus
untuk setiap mata pelajaran tidak hanya cukup dua siklus, akan tetapi lebih banyak dari
itu, mungkin lima atau enam siklus.
3. Desain PTK Model John Elliott
Seperti halnya desain model PTKnya
Kemmis & McTaggart, desain PTK model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan
konsep dasar Kurt Lewin. Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada
hakikatnya bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan
pengambilan tindakan.[6]
Coba anda perhatikan contoh identifikasi masalah sebagai berikut:
1) Para siswa merasa tidak puas
dengan metode penilaian yang digunakan guru kelasnya. Bagaimana kalau guru
berkolaborasi untuk meningkatkan pengukuran terhadap kemampuan siswa?
2) Para siswa hanya membuang-buang waktu
percuma di kelas. Bagaimana cara guru membawa siswa lebih banyak
lagimenggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka?
3) Orangtua siswa bersedia membantu
sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan rumah”. Bagaimana caranya agar
bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif?.
Apa pun masalah yang
akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan
yang dihadapi guru dalam praktek pembelajaran sehari-hari diruang kelas dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila
guru dalam melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal
atau adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati
pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan,
maka diperlukan penjelasan lebih lanjut.
Misalkan, kejanggalan itu
ialah para siswa banyak membuang waktu percuma dikelas perlu deskripsi yang mendetail,
seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma dikelas itu? Tugas apa yang
sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran mereka
melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka
tampilkan waktu”membuang waktu dengan percuma”
di kelas? Informasi yang didapat dari
pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan berbagai aspek permasalahan penelitian dan
membantu ke arah mana perbaikan
pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik atau buruknya
atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan dari tahapan diskusi dan
analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi
perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian
yang dikenal model siklusyang bergerak dalam spiral
Memeriksa
dilapangan
(Reconnaissance) |
Identifiksi Masalah
|
Perencanaan
|
Tindakan I
|
Tindakan II
|
Tindakan III
|
Pelaksanaan
Tindakan I
|
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan Pengaruhnya/Refleksi |
Observasi/Pengaruh
|
Revisi Perencanaan
|
Rencana Baru
|
Tindakan I
|
Tindakan II
|
Tindakan III
|
Pelaksanaan
Langkah/Tindakan Selanjutnya |
Observasi/Pengaruh
|
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan Pengaruhnya/Refleksi |
Revisi Perencanaan
|
Rencana Baru
|
Tindakan I
|
Tindakan II
|
Tindakan III
|
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan Pengaruhnya/Refleksi |
Pelaksanaan
|
3. Desain PTK Model
Hopkins
Berpatokan
pada desain-desain model PTK para ahli pendahulunya,
selanjutnya Hopkins (1993) menyusun desain yang dikenal Model Ebbutt
(Hopkins, 1993). Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian dimulai
dari pemikiran awal penelitian yang selanjutnya dikenal dengan reconnaissance.
Bagian ini, Ebbutt berpendapat yang berbeda dengan penafsiran Elliott mengenai
reconnaissancenya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan
fakta saja. Padahal menurutnya reconnaisance mencakup kegiatan-kegiatan
diskusi, negoisasi, menyelidiki kesempatan, mengakses kemungkinan dan kendala atau dengan singkat mencakup keseluruhan analisis.
selanjutnya Hopkins (1993) menyusun desain yang dikenal Model Ebbutt
(Hopkins, 1993). Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian dimulai
dari pemikiran awal penelitian yang selanjutnya dikenal dengan reconnaissance.
Bagian ini, Ebbutt berpendapat yang berbeda dengan penafsiran Elliott mengenai
reconnaissancenya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan
fakta saja. Padahal menurutnya reconnaisance mencakup kegiatan-kegiatan
diskusi, negoisasi, menyelidiki kesempatan, mengakses kemungkinan dan kendala atau dengan singkat mencakup keseluruhan analisis.
Menurut
Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses penelitian
tindakan adalah dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang
berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik
informasi di dalam dan diantara siklus. Ebbutt mengakui bahwa deskripsi
penelitian tindakan ini tidak begitu rapih dibandingkan dengan para pendahulunya
dimana proses penelitian tindakan pendidikan yang ideal seperti digambarkan oleh
Hopkins (l993) sebagai berikut Gambar
tindakan adalah dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang
berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik
informasi di dalam dan diantara siklus. Ebbutt mengakui bahwa deskripsi
penelitian tindakan ini tidak begitu rapih dibandingkan dengan para pendahulunya
dimana proses penelitian tindakan pendidikan yang ideal seperti digambarkan oleh
Hopkins (l993) sebagai berikut Gambar
4. Gambar Desain PTK
Model Hopkins
Berdasarkan
beberapa desain model PTK seperti diuraikan di atas, selanjutnya
dapat diketahui bahwa desain yang paling sesuai dan cocok setrta mudah
dilaksanakan untuk PTK, yaitu desain model Kemmis & McTaggart. Oleh karena
itu, tidak ada jeleknyalah apabila dengan ini disarankan agar digunakan model
Kemmis & McTaggart untuk PTK yang akan dirancang dan dilaksanakan untuk
memperbaiki atau mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.[7]
dapat diketahui bahwa desain yang paling sesuai dan cocok setrta mudah
dilaksanakan untuk PTK, yaitu desain model Kemmis & McTaggart. Oleh karena
itu, tidak ada jeleknyalah apabila dengan ini disarankan agar digunakan model
Kemmis & McTaggart untuk PTK yang akan dirancang dan dilaksanakan untuk
memperbaiki atau mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.[7]
Perencanaan Tindakan :
Target,Tugas, Kriteria Keberhasilan |
Menopang Komitmen
|
Mengatasi Problem
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Cek Kemajuan
|
Perencanaan Konstruk
|
Audit
|
Pengambilan Stok
|
Pelaporan
|
Cek Hasil
|
Ambil Start
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah perlu di rumuskan secara
jelas dan spesisik. Apabila di temukan beberapa macam masalah, maka harus di
pilih masalah yang di hadapi oleh sebagian besar siswa, masalah yang dapat di
pecahkan, masalah yang apabila di pecahkan akan memberikan manfaat yang banyak.
Dan harus diingat bahwa masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi
kriteria “dapat diteliti” atau “dapat diamati”,dan “dapat ditindaki” dan
tentunya dapat ditindak lanjuti.[8]
Untuk menentukan Masalah yang akan
dipilih, haruslah berdasarkan hal-hal berikut ini:
a. Merupakan masalah pembelajaran yang
actual.
b. Tingkat kepentingan masalah yang
ada.
c. Tingkat Kebermanfaatan dari
pemecahan masalah tersebut (nilai strategis).
d. Dapat ditemukan penyebab dan
alternatif tindakannya.
Dengan pembatasan masalah secara
jelas akan memungkinkan untuk merumuskannya dengan benar serta dapat di
identifikasi (diagnosis) dengan seksama faktor-faktor penyebabnya sehinnga
tindakan atau treatment/ terapi untuk memecahkan masalah tersebut dapat
disusun dengan tepat dan mudah.
Penelitian
tindakan kelas bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab dari berbagai
permasalahan pemblejaran yang di hadapi seperti kesulitan siswa dalam
mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah
memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar
itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut :
1. Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang mengikut sertakan secara aktif peran guru
dan siswa dalam berbagai tindakan
2. Kegiatan refleksi ( perenungan,
pemikiran, evaluasi ) di lakukan berdasarkan pertimbangan rasional (
menggunakan konsep teori ) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan
tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.[9]
3. Tindakan perbaikan terhadap
situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan secara praktis ( dapat dilakukan dengan dalam praktik
pembelajaran )
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002
Muslich
Masnur, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT.Bumi aksara, 2009
Zainal Aqib, Penalitian
Tindakan Kelas, CV Yrama Widya, Bandung, 2009
Trianto,M.Pd.,Panduan
Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi Belajar,Jakarta, 2011
[1]
Muslich Masnur, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT.Bumi aksara,
2009, hal18
[2] Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori
dan Praktek, Prestasi Belajar,Jakarta, 2011 hal 70
[3]
Zainal Aqib, Penalitian Tindakan Kelas, CV Yrama Widya, Bandung, 2009
hal 25
[4]
Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi
Belajar,Jakarta, 2011 hal 70
[5]
Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi
Belajar,Jakarta, 2011 hal 72
[6]
Dr. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002 hal 79
[7] Dr. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 hal 112
[8]
Muslich Masnur, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT.Bumi aksara,
2009, hal18
[9]
Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi
Belajar,Jakarta, 2011 hal 70
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar ^^