WELCOME TO Hiel'S BLOGGER

Thursday, January 2, 2014

MENENTUKAN masalah, MERUMUSKAN JUDUL DAN DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


MENENTUKAN masalah, MERUMUSKAN JUDUL DAN DESAIN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti anda pelajari pada bagian sebelumnya, pada hakikatnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diawali dari keinginan kuat dari guru sebagai peneliti untuk memperbaiki, memperbaharui dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disinyalir selalu membosankan dan menjenuhkan siswa. Metode pembelajaran bersifat konvensional, materi pembelajaran jauh dari kebutuhan siswa, dan kegiatan belajar berpusat pada guru, sehingga kian membingungkan apa yang siswa inginkan.
Penelitian Tindakan Kelas berupaya bagaimana memperbaiki kinerja guru dan aktivitas siswa berusaha untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berangkat dari kondisi seperti ini guru merancang kegiatan yang dimulai dari merencanakan, mengimplementasikan, mengamati dan akhirnya mengevaluasi serta merefleksi upaya yang paling tepat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Tentunya masalah yang berhubungan dengan pembelajaran yang berkaitan erat dengan keberhasilan belajar siswa.
Rencana atau desain merupakan dua hal yang seolah-olah dianggap sama yaitu menunjukkan kerangka secara konseptual bagaimana langkah-langkah prosedural PTK dilakukan. Rencana lebih bersifat konseptual yaitu bagaimana peneliti merupakan melakukan kegiatan berdasarkan alur prosedur penelitian PTK yaitu seperangkat kegiatan yang ditata secara sistematik dan runtut akan dilaksanakan oleh peneliti semata-mata untuk mencapai tujuan penelitian/akan tetapi desain lebih bersifat operasional yang memungkinkan peneliti melakukan interpretasi dari hasil studi melalui analisis data berdasarkan kriteria tertentu.
B.  Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ?
2. Bagaimana cara merumuskan judul dalam Penelitian Tindakan Kelas ?
3. Bagaimana Desain Penelitian Tindakan Kelas ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Menentukan Masalah
Menentukan masalah untuk PTK sebenarnya tidak sulit karena masalah yang harus diangkat terkait dengan hal-hal praktik sederhana yang akrab dialami setiap hari dalam pembelajaran. Maka apabila seorang pendidik paham dan peduli terhadap pembelajaran maka tidak akan sulit menemukan masalah untuk PTK. Selain itu sebenarnya masalah PTK berpangkal hanya pada dua hal saja yaitu proses pembelajaran dan hasil belajar. Jadi ketika mencari masalah untuk diangkat dalam PTK maka dua pertanyaan besar yang harus diajukan yaitu pertamaApakah proses pembelajaran sudah baik?; dan kedua : Apakah hasil belajar  sudah baik? Apabila jawabannya tidak atau belum maka disana terdapat masalah.
Untuk menentukan sebuah masalah yang langkah-langkah harus dilakukan antara lain : Mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta merencanakan perbaikan.
Permasalahan guru yang berkaitan dengan masalah pembelajaran (strategi belajar mengajar, pengelolaan pembelajaran dsb) dapat di jumpai dari keseharian kegiatan di dalam kelas, seperti kesulitan siswa dalam menyimpulkan suatu topic, menganalisis soal dalam bentuk uraian, miskonsepsi (kesalahan konsep), menentukan pokok pikiran suatu paragraph dalam sebuah wacana dan lain-lain.
Masalah juga bisa di peroleh dari keinginan untuk meningkatkan hasil kerja, dari membaca buku, dan dari beberapa sumber lain yang berkaitan dengan strategi belajar mengajar. Akan tetapi yang lebih baik adalah masalah datangnya dari guru sendiri, karena hal itu di dorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah, sehingga peneliti dapat menghayati permasalahan.
Masalah perlu di rumuskan secara jelas dan spesisik. Apabila di temukan beberapa macam masalah, maka harus di pilih masalah yang di hadapi oleh sebagian besar siswa, masalah yang dapat di pecahkan, masalah yang apabila di pecahkan akan memberikan manfaat yang banyak. Dan harus diingat bahwa masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti” atau “dapat diamati”,dan “dapat ditindaki” dan tentunya dapat ditindak lanjuti.[1]
Untuk menentukan Masalah yang akan dipilih, haruslah berdasarkan hal-hal berikut ini:
1.                  Merupakan masalah pembelajaran yang actual.
2.                   Tingkat kepentingan masalah yang ada.
3.                  Tingkat Kebermanfaatan dari pemecahan masalah tersebut (nilai strategis).
4.                  Dapat ditemukan penyebab dan alternatif tindakannya.
Dengan pembatasan masalah secara jelas akan memungkinkan untuk merumuskannya dengan benar serta dapat di identifikasi (diagnosis) dengan seksama faktor-faktor penyebabnya sehinnga tindakan atau treatment/ terapi untuk memecahkan masalah tersebut dapat disusun dengan tepat dan mudah.
Pada tahap ini diperlukan pengkajian sistematik dan seksama terhadap penyebab timbulnya masalah yang kemudian dinamakan sebagai Variable. Misalnya menghadapi masalah  rendahnya kemampuan berbicara (speaking ability) dalam bahasa inggris pada siswa SMA. Pada kasus ini diperlukan data dan kajian teori untuk menjelaskan masalah yang terjadi. Jika penyebab masalah itu di temukan.
Mislanya kelemahan tersebut di sebabkan oleh kurangnya kesempatan berbicara dalam kelas, guru lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran, Maka di pilih hubungan Variabel-variabel tersebut dengan permasalahan. Hubungan ini di kembangkan menjadi hipotesis.
Sagor (1992) dalam supriyadi (2005), merinci bagaimana seharusnya rumusan masalah Action research di susun agar lebih afektif, yaitu dengan menggunakan lima pertanyaan :
1. Siapa yang terkena dampak Negatifnya ?
2. Siapa atau apa yang di perkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3 Masalah apa sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi tujuan perbaikan ?
5. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? ( tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan)[2]
Setelah kita mengidentifikasi permasalahan di kelas dan kita telah menentukan permasalahan yang akan diteliti, langkah selanjutnya adalah mengidentifasi penyebab permasalahan tersebut terjadi. Ingat, tidak ada masalah tanpa penyebab. Untuk mengidentifikasi penyebab permasalahan tersebut, kita gali semua kemungkinan yang bisa menimbulkan permasalahan.
Berdasarkan rumusan masalah (juga mencakup penyebab timbulnya masalah), guru mencoba mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dengan perkataan lain, dalam langkah ini guru merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk memgatasi masalah tersebut. Untuk merancang suatu tindakan perbaikan guru dapat :
1. Mengacu pada teori yang relavan
2. Bertanya kepada ahli terkait
3. Berkonsultasi dengan supervisor
Ahli yang terkait mungkin ahli pembelajaran bidang studi. Rencana tindakan perbaikan di tuangkan dalam rencana pembelajaran.

B.  Merumuskan Judul
Judul PTK hendaknya menyatakan dengan cermat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Rumusan judul hendaknya singkat, spesifik, jelas, dan sederhana, namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK. Dengan kata lain, judul cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yan dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi. Sebagai bahan banding, perhatikan judul yang bukan PTK dan judul yang termasuk PTK.
Contoh judul yang bukan PTK :
-          Kemampuan menulis siswa kelas 6 sekolah dasar se-Kodya Malang
-          Dampak pembelajaran kooperatif terhadap prestasi belajar siswa kelas 6 sekolah dasar se kecamatan Bangsal,Kabupaten Mojokerto.
Judul-judul tersebut tidak menggambarkan sosok PTK walaupun sasarannya adalah penelitian kelas. Mengapa demikian ? semua judul tersebut tidak memperlihatkan usaha atau upaya untuk meningkatkan atau memperbaiki keadaan didalam kelas menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya. [3]
Contoh judul PTK :
-          Upaya menumbuhkan semangat siswa mencapai standar kompetensi dengan model pembelajaran Heroik dan turnamen matematika SMA
-          Peningkatan kompetensi menulis pengalaman siswa kelas VII SMP negeri 2 Gatak melalui pola latihan berjenjang.

C.    Desain PTK
Penelitian tindakan kelas bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pemblejaran yang di hadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut :
1. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengikut sertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan
2. Kegiatan refleksi ( perenungan, pemikiran, evaluasi ) di lakukan berdasarkan pertimbangan rasional ( menggunakan konsep teori ) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.[4]
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan secara praktis  ( dapat dilakukan dengan dalam praktik pembelajaran )
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas meliputi penetapan focus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang di ikuti dengan kegiatan observasi, interprestasi, dan analisis serta refleksi. Apabila diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut di lakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang di tempuh pada siklus pertama dan siklus selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. penetapan focus permasalahan
2. perencanaan tindakan
3. pelaksanaan tindakan
4. pengumpulan data (pengamatan/ Observasi )
5. Refleksi ( analisis dan Interprestasi )
6. Perncanaan tidak lanjut.[5]
Untuk lebih jelasnya rankaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut.
Permasalahan
Perancanaan tindakan  I
Pelaksanaan tindakan  I
Refleksi  I
Pengamatan/ pengumpulan  Data   I
 






Permasalahan baru, hasil refleksi
Perancanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan   II
Pengamatan/ pengumpulan  Data   II
Bila Permasalahan belum terselesaikan
Refleksi  II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
 











Desain-desain Penelitian tindakan kelas tersebut antara lain :
1) Model Kurt Lewin,
2) Model Kemmis & McTaggart,
3) ModelJhon Elliot, dan 4) Model Hopkins.
1.                  Desain Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau menjadi kerangka dasar dari
adanya berbagai model penelitian tindakan kelas yang lain, khususnya PTK.
Dikatakan demikian karena dialah sebagai pencetus awal memperkenalkan satu satunya
orang yang berani menampilkan gagasanya tentang action research atau
penelitian tindakan. Kurt Lewin memperkenalkan konsep pokok penelitian tindakan yang meliputi empat komponen penting, yaitu:
1.                  perencanaan(planning)
2.                  Tindakan(acting)
3.                  Pengamatan(observing)
4.                  Refleksi(reflecting)
Rencana tindakan seperti apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,merubah, dan meningkatkan perilaku dan sikap belajar  siswa untuk dicarikan solusi yang terbaik. Tindakan apa yang mesti dilakukan oleh guru sehubungan dengan adanya upaya perbaikan, peningkatan dan perubahan yang diinginkan. Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan atau perlakuan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Refleksi atas dasar analisis kajian peneliti untuk melihat dan mempertimbangkan atashasil atau dampak dari sebuah tindakan atau perlakuan dari berbagai kriteria. Berdasarkan kegiatan merefleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.Hubungan keempat komponen tersebut merupakan satu siklus,hal inidapatdigambarkan sebagai berikut
Planning
 
Action
                                
Siklus PTK
Reflecting
 


Observing



2. Model Kemmis & McTaggart
Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin seperti dijelaskan di atas.
Model ini ACTING, REFLECTING, PLANNING, OBSERVING hampir sama dengan model Kurt Lewin hanya saja komponen acting (tindakan)dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan adanya kenyataan yangtidak dapat dipungkiri ketika antara implementasi acting dan observing sebenarnya dua kegiatan tapi tidak dapat dipisahkan secara tegas. Artinya ketika seorang peneliti
melakukan tindakan otomatis ia melakukan pengamatan pula karena kegiatan itu
dilakukan dalam satu kesatuan waktu secara bersamaan.
Begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga dilaksanakan. Desain Kemmis ini menggunakan model yang dikenal sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali merupakan
dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan. Permasalahan
penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dan mendorongnya
untuk menjawab sendiri pertanyaannya. Semua ini dirancang saat kegiatan
difokuskan pada tahap perencanaan (plan).
Pada kegiatan tindakan (act), mulai diajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami dan apa pula yang mereka minati. Dalam kegiatan pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan berikut jawaban siswa dicatat dan direkam untuk
melihat apa yang sedang terjadi.
Pengamat juga membuat catatan lapangan perilaku apa yang muncul dapat terekam oleh indera peneliti. Sedangkan dalam hal kegiatan refleksi (reflect) ternyata kontrol kelas yang terlalu ketatmenyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai
hasil yang baik oleh karena itu perlu diperbaiki.
Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan cara memodifikasi dalam bentuk apakahmengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol siswa agar strategi bertanya bisa berjalan dengan mulus.
Kemudian saat tindakan siklus berikutnya hal itu dilakukan, dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap adanya dampak terhadap perilaku siswa. Pada tahap refleksi, ternyata siswa saat dikelas selalu gaduh, mengingat control dikurangi. Bagaimana cara memperbaikinya, apakah dengan cara saling mendengarkan atau dengan mengajukan pertanyaan  lanjutan, pelajaran apa yang bisa menolongnya pada pembelajaran dikelas. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan bentuk desainnya sebagai berikut:
                                                          
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
PENGAMATAN
SIKLUS 1
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
PENGAMATAN

REFLEKSI
SIKLUS 2
 













Apabila dicermati pada bagan di atas, desain model Kemmis &McTaggart ini pada
hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satuperangkat terdiri dariempatkomponen,yaituperencanaan,tindakan,pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi,dan refleksi.
Bilaandacermatibagandiatasnampakjelas,bahwa didalamnya terdiri dua perangkat komponen yang dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaannya sesungguhnya jumlah siklus sanga ttergantung pada permasalahan yang dihadapi dan perlu dipecahkan. Andaikan permasalahan itu terkait dengan materi dan tujuan pembelajaran dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak hanya cukup dua siklus, akan tetapi lebih banyak dari itu, mungkin lima atau enam siklus.
3. Desain PTK Model John Elliott
Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & McTaggart, desain PTK model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin. Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan pengambilan tindakan.[6] Coba anda perhatikan contoh identifikasi masalah sebagai berikut:
1) Para siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian yang digunakan guru kelasnya. Bagaimana kalau guru berkolaborasi untuk meningkatkan pengukuran terhadap kemampuan siswa?
2) Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di kelas. Bagaimana cara guru membawa siswa lebih banyak lagimenggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka?
3) Orangtua siswa bersedia membantu sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan rumah”. Bagaimana caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif?.
Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi guru dalam praktek pembelajaran sehari-hari diruang kelas dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila guru dalam melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal atau adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan, maka diperlukan penjelasan lebih lanjut.
Misalkan, kejanggalan itu ialah para siswa banyak membuang waktu percuma dikelas perlu deskripsi yang mendetail, seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma dikelas itu? Tugas apa yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran mereka melakukannya? Dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka tampilkan waktu”membuang waktu dengan percuma” di kelas? Informasi yang didapat dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan berbagai aspek permasalahan penelitian dan membantu ke arah mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik atau buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan dari tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model siklusyang bergerak dalam spiral

















Memeriksa dilapangan
(Reconnaissance)
Identifiksi Masalah



 

Perencanaan
Tindakan I
Tindakan II
Tindakan  III

Pelaksanaan Tindakan I

Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan
Pengaruhnya/Refleksi
Observasi/Pengaruh
Revisi Perencanaan
 





Rencana Baru
Tindakan I
Tindakan II
Tindakan III
Pelaksanaan
Langkah/Tindakan
Selanjutnya

Observasi/Pengaruh
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan Pengaruhnya/Refleksi
Revisi Perencanaan







Rencana Baru
Tindakan I
Tindakan II
Tindakan III

Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan Pengaruhnya/Refleksi
Pelaksanaan








3. Desain PTK Model Hopkins
Berpatokan pada desain-desain model PTK para ahli pendahulunya,
selanjutnya Hopkins (1993) menyusun desain yang dikenal Model Ebbutt
(Hopkins, 1993). Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian dimulai
dari pemikiran awal penelitian yang selanjutnya dikenal dengan reconnaissance.
Bagian ini, Ebbutt berpendapat yang berbeda dengan penafsiran Elliott mengenai
reconnaissancenya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan
fakta saja. Padahal menurutnya reconnaisance mencakup kegiatan-kegiatan
diskusi, negoisasi, menyelidiki kesempatan, mengakses kemungkinan dan kendala atau dengan singkat mencakup keseluruhan analisis.
Menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses penelitian
tindakan adalah dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang
berturut-turut, dengan setiap siklus mencakup kemungkinan masukan balik
informasi di dalam dan diantara siklus. Ebbutt mengakui bahwa deskripsi
penelitian tindakan ini tidak begitu rapih dibandingkan dengan para pendahulunya
dimana proses penelitian tindakan pendidikan yang ideal seperti digambarkan oleh
Hopkins (l993) sebagai berikut Gambar

4. Gambar Desain PTK Model Hopkins
Berdasarkan beberapa desain model PTK seperti diuraikan di atas, selanjutnya
dapat diketahui bahwa desain yang paling sesuai dan cocok setrta mudah
dilaksanakan untuk PTK, yaitu desain model Kemmis & McTaggart. Oleh karena
itu, tidak ada jeleknyalah apabila dengan ini disarankan agar digunakan model
Kemmis & McTaggart untuk PTK yang akan dirancang dan dilaksanakan untuk
memperbaiki atau mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.[7]






Perencanaan Tindakan :
Target,Tugas, Kriteria
Keberhasilan

Menopang Komitmen
Mengatasi Problem
Implementasi
Evaluasi
Cek Kemajuan
 








Perencanaan Konstruk

Audit
Pengambilan Stok
Pelaporan
Cek Hasil









Ambil Start
 






BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan 
Masalah perlu di rumuskan secara jelas dan spesisik. Apabila di temukan beberapa macam masalah, maka harus di pilih masalah yang di hadapi oleh sebagian besar siswa, masalah yang dapat di pecahkan, masalah yang apabila di pecahkan akan memberikan manfaat yang banyak. Dan harus diingat bahwa masalah penelitian yang dipilih hendaknya memenuhi kriteria “dapat diteliti” atau “dapat diamati”,dan “dapat ditindaki” dan tentunya dapat ditindak lanjuti.[8]
Untuk menentukan Masalah yang akan dipilih, haruslah berdasarkan hal-hal berikut ini:
a.       Merupakan masalah pembelajaran yang actual.
b.      Tingkat kepentingan masalah yang ada.
c.       Tingkat Kebermanfaatan dari pemecahan masalah tersebut (nilai strategis).
d.      Dapat ditemukan penyebab dan alternatif tindakannya.
Dengan pembatasan masalah secara jelas akan memungkinkan untuk merumuskannya dengan benar serta dapat di identifikasi (diagnosis) dengan seksama faktor-faktor penyebabnya sehinnga tindakan atau treatment/ terapi untuk memecahkan masalah tersebut dapat disusun dengan tepat dan mudah.
Penelitian tindakan kelas bukan hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pemblejaran yang di hadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut :
1. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengikut sertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan
2. Kegiatan refleksi ( perenungan, pemikiran, evaluasi ) di lakukan berdasarkan pertimbangan rasional ( menggunakan konsep teori ) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.[9]
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan secara praktis  ( dapat dilakukan dengan dalam praktik pembelajaran )




















DAFTAR PUSTAKA
Dr. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Muslich Masnur, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT.Bumi aksara, 2009
Zainal Aqib, Penalitian Tindakan Kelas, CV Yrama Widya, Bandung, 2009
Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi Belajar,Jakarta, 2011




[1] Muslich Masnur, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT.Bumi aksara, 2009, hal18
[2]  Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi Belajar,Jakarta, 2011 hal 70
[3] Zainal Aqib, Penalitian Tindakan Kelas, CV Yrama Widya, Bandung, 2009 hal 25
[4] Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi Belajar,Jakarta, 2011 hal 70
[5] Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi Belajar,Jakarta, 2011 hal 72
[6] Dr. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 hal 79

[7]  Dr. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 hal 112
[8] Muslich Masnur, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT.Bumi aksara, 2009, hal18
[9] Trianto,M.Pd.,Panduan Lengkap PTK Teori dan Praktek, Prestasi Belajar,Jakarta, 2011 hal 70

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar ^^

Kepemilikan /Kata Ganti ضمير

 Dhomir Kepunyaan ( Dhomir Munfasil )   جَمْعٌ ‏مُثَنَّى ‏ مُفْرَدٌ ضمير هُمْ هُم...