AKHLAK MAHMUDAH
A.
Pengertian Istilah
Akhlak
mahmudah, yaitu segala tingkah laku
yang terpuji, dapat disebut juga dengan akhlak fadhilah, akhlak yang utama. Al-Ghazali menggunakan istilah munjiyat yang berarti segala sesuatu
yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlak yang baik dilahirkan oleh
sifat-sifat yang baik. Oleh karena itu, hal jiwa manusia dapat menelurkan
perbuatan-perbuatan lahiriah. Tingkah laku dhahir dilahirkan oleh tingkah laku
batin, berupa sifat dan kelakuan batin yang juga dapat berbolak-balik yang
mengakibatkan berbolak-baliknya perbuatan jasmani manusia. Oleh karena itu,
tindak-tanduk batin { hati } itupun dapat berbolak-balik dan berubah-ubah.
Dalam
berusaha, manusia harus menunjukkan tingkah laku baik, tidak bermalas-malasan,
tidak menunggu, tetapi segera mengambil keputusan. Dalam mencari rezeki juga
demikian, harus menunjukkan akhlak yang baik. Allah berfirman yang artinya :
‘’Apabila telah
ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung’’
Ayat
ini memberi motivasi yang tinggi untuk mencari rezeki di muka bumi ini, namun
harus melalui cara-cara yang baik. Di dalam berusaha, jangan lupa berdoa sambil
berusaha, dalam artian segala kemampuan dikerahkan, namun harus berserah diri
kepada Allah. Sesudah berusaha dan berdoa maka yang terakhir ialah tawakal
kepada Allah, karena manusia hanya mampu berusaha dan Allahlah yang menentukannya.
Hak manusia atas aktifitas dirinya adalah untuk memiliki sifat optimis untuk
berusaha di muka bumi dengan jalan berusaha, berdoa, bertawakal dan akhirnya
bersabar, sebagai rangkaian usaha maksimal guna menyongsong kehadiran hak Allah
atas dirinya { manusia }, yakni takdir Allah.
B.
Cakupan Akhlak Mahmudah
Sesuatu
dapat dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan,
sesuai yang diharapkan, dapat dinilai positif oleh orang yang menginginkannya.
Baik juga disebut mustahab, yaitu
amal atau perbuatan yang disenangi. Perbuatan yang baik merupakan akhlaq karimah yang wajib dikerjakan.
‘’Baik’’
berarti sesuatu yang pantas dikerjakan dan diusahakan atau dikehendaki. Sesuatu
yang baik ialah yang memenuhi hasrat dasar manusia. Bila diterapkan bagi
kehendak manusia merupakan predikat yang positif. Sesuatu dikatakan baik
apabila dilakukan berdasarkan fitrah manusia sesuai dengan hakikatnya.
Jadi
akhlaq karimah berarti tingkah laku
yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlaq karimah dilahirkan berdasarkan
sifat-sifat yang terpuji. Sebagai contoh, malu berbuat jahat adalah salah satu
dari akhlak yang baik. Akhlak yang baik disebut juga dengan akhlak mahmudah.
Al-Ghazali
menerangkan adanya 4 pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu :
·
Mencari
hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik.
·
Bersikap
berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahnya dengan
akal untuk maju.
·
Bersuci
diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan
syahwatnya dengan akal dan agama.
·
Berlaku
adil. Adil, sebagai misal, yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberi
haknya sesuai dengan fitrahnya, atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan
nafsu syahwatnya untuk mendapatkan hikmah di balik peristiwa yang terjadi. Adil
juga berarti tindakan keputusan yang dilakukan dengan cara tidak berat sebelah
atau merugikan satu pihak, tetapi saling menguntungkan.
Orang
yang mempunyai akhlak baik dapat bergaul dengan masyarakat secara luwes, karena
dapat melahirkan sifat saling cinta-mencintai dan saling tolong-menolong.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki akhlak baik, tidak dapat bergaul dengan
masyarakat secara harmonis, karena sifatnya dibenci oleh masyarakat umumnya.
Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk, melainkan akhlak
sebagai tindak-tanduk manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik merupakan
sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya. Suatu perbuatan yang dilihat
merupakan gambaran dari sifat-sifatnya yang tertanam dalam jiwa baik atau
jahatnya.
C.
Bentuk-Bentuk Akhlak Mahmudah { Terpuji }
Bentuk
akhlak terpuji itu banyak sekali dan setiap orang menginginkan untuk
memilikinya. Rasulullah menganjurkan umatnya agar memilikinya. Allah menyukai
sifat-sifat baik tersebut yang antara lain sebagai berikut :
1.
Sifat Sabar
Ada
peribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu pahit dilaksanakan, namun akibatnya
lebih manis daripada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah kesabaran
sebagai fadhilah. Kesabaran dapat
dibagi menjadi empat kategori berikut ini :
·
Sabar
menanggung beratnya melaksanakan kewajiban.
·
Sabar
menanggung musibah atau cobaan.
·
Sabar
menahan penganiayaan dari orang.
·
Sabar
menanggung kemiskinan dan kepapaan.
Kebalikan
dari sifat sabar adalah sifat putus asa, yakni ketidakmampuan seseorang
menanggung derita atas musibah dan ketidaksanggupan seseorang tekun dalam suatu
kewajiban. Putus asa adalah ciri kelemahan mental. Dalam Al-Qur’an ditegaskan
bahwa sikap tersebut hanyalah pantas bagi kaum kafir. Demikian juga sifat malas
digolongkan sebagai akhlak tercela. Kesabaran tidak dapat dipaksakan begitu
saja dalam pribadi seseorang, melainkan ada tiga faktor yang mempengaruhinya,
yaitu : syaja’ah atau keberanian, al-quwwah atau kekuatan dan sadar dalam
mengerjakan sesuatu.
2.
Sifat Benar atau Jujur { Shidq }
Betapa
akhlaq karimah menimbulkan ketenangan batin yang dari situ dapat melahirkan
kebenaran. Benar ialah memberitahukan sesuatu yang sesuai dengan apa adanya,
artinya sesuai dengan kenyataan. Sebagai kebalikan dari kebenaran dan kejujuran
adalah dusta dan curang. Sifat dan sikap ini membawa kepada bencana dan
kerusakan bagi pribadi dan orang lain serta masyarakat.
3.
Sifat Amanah
Amanah
menurut bahasa ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran.
Kebalikannya ialah khiyanah, khiyanah adalah salah satu gejala munafik.
4.
Sifat Adil
Adil
dalam konteks ini berhubungan dengan perseorangan, adil berhubungan dengan
kemasyarakatan dan juga adil itu berhubungan dengan pemerintah. Kebalikannya
adalah sikap zalim. Zalim berarti menganiaya, tidak adil dalam memutuskan
perkara, berat sebelah dalam tindakan, mengambil hak orang lain dari batasnya
atau memberikan hak orang kurang dari semestinya.
5.
Sifat Kasih Sayang
Pada
dasarnya sifat kasih sayang adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada
makhlukNya. Pada hewan misalnya, begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga rela
berkorban jika anaknya terganggu. Naluri ini pun ada pada manusia, mulai dari
kasih sayang orang tua kepada anaknya dan sebaliknya, kecintaan dan hormat anak
kepada orang tuanya.
Islam
menghendaki agar sifat kasih sayang dan sifat belas kasih dikembangkan secara
wajar, kasih sayang mulai dari dalam keluarga sampai kasih sayang yang lebih
luas dalam bentuk kemanusiaan seperti kepada hewan maupun tumbuhan sekalipun.
Manakala sifat ini terhujam kuat dalam diri pribadi seseorang, maka dapat menimbulkan
berbagai sikap akhlak mahmudah seperti : pemurah, tolong-menolong, pemaaf,
damai dan menghubungkan tali kekeluargaan.
6.
Sifat Hemat
Hemat
ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan
tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak
berlebihan. Adapun macam-macam penghematan antara lain : penghematan harta
benda, penghematan tenaga dan penghematan waktu.
7.
Sifat Berani { Syaja’ah }
Berani
bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap
mental seseorang yang dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut yang
semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada masa-masa kritis ketika
bahaya di ambang pintu itulah orang yang berani. Kebalikannya ialah sifat
pengecut. Sifat ini adalah sifat penakut bagi tiap pribadi sebelum memulai
sesuatu langkah yang berarti dan menyerah sebelum berjuang. Sifat pengecut
dipandang sebagai sifat yang hina dan membawa manusia kepada kemunduran.
8.
Sifat Kuat { Al-Quwwah }
Kekuatan
pribadi manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : kuat fisik, kuat jiwa dan
kuat akal.
9.
Sifat Malu { Al-Haya’ ]
Sifat
ini ialah malu terhadap Allah dan malu terhadap diri sendiri di kala melanggar
peraturan-peraturan Allah. Perasaan ini dapat menjadi bimbingan menuju jalan
keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista.
10.
Memelihara Kesucian Diri { Al-‘Iffah }
Yang
dituntut dalam ajaran islam ialah menjaga diri dari segala keburukan dan
memelihara kehormatan, hendaklah dilakukan setiap waktu, sehingga dapat mempertahankan
untuk selalu berada pada status khair an-nas. Hal ini dilakukan mulai dari
memelihara hati untuk tidak berbuat rencana dan angan-angan yang buruk.
Kebalikannya ialah sikap memperturutkan panggilan hawa nafsu.
11.
Menepati Janji
Janji
ialah suatu ketetapan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang
lain atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya.
Menepati janji ialah menunaikan dengan sempurna apa-apa yang telah dijanjikan,
baik berupa kontrak maupun apa saja yang telah disepakati.
D.
Sifat Benar { Ash-Shidq ] sebagai Akhlak Mahmudah
Kebenaran
dan kejujuran merupakan jalan pada kebaikan, kebenaran ialah jalan menuju
surga. Kebohongan ialah suatu jalan dosa, yaitu jalan menuju neraka. Di samping
itu, Al-Ghazali membenarkan adanya bohong disebabkan karena tiga perkara yaitu
:
·
Untuk
mendamaikan dua orang yang berselisih
·
Untuk
orang yang mempunyai dua orang istri dan terancam perceraian
·
Untuk
kepentingan dalam peperangan, membuat siasat perang.
Bohong
tersebut tergantung pada niatnya yang tidak dituntut di dalamnya kecuali dengan
niat yang jujur dan maksud baik. Pada dasarnya, kebenaran memiliki
ukuran-ukuran tertentu, seperti benar menurut tradisi, budaya, agama dan
filsafat. Kebenaran akhlaq karimah merujuk pada kebenaran Al-Qur’an dan Hadits.
Selanjutnya,
bagaimana jika suatu tingkah laku itu benar dalam pandangan adat-istiadat atau
budaya, namun sebaliknya, bertentangan dengan agama. Jika dipertentangkan
antara kebenaran agama dengan kebenaran budaya di bidang keagamaan, seperti
membuka aurat menurut suatu budaya
bangsa dianggap biasa-biasa saja. Benar yang sudah tentu salah dalam
agama islam berarti tidak dianggap benar dalam islam, tetapi disebut akhlak
madzmumah. Dengan demikian menjadi jelas bahwa kebenaran yang diambil dalam
ajaran islam ialah kebenaran agama.
E.
Kesabaran { Ash-Shabr } sebagai Akhlak Mahmudah
Kesabaran
ialah menahan diri dari apa yang tidak disukainya atau tabah menerimanya dengan
rela dan berserah diri. Oleh karena itu, hedaklah senantiasa ingat kepada Allah
dan kehendak-Nya yang tidak ada seorang pun atau apapun yang dapat
menghalanginya. Bahkan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, baik yang
dianggap oleh manusia sebagai musibah, bencana yang merugikan, maupun yang
dirasakan sebagai rahmat dan nikmat yang menggembirakan, maka semuanya adalah
dari Allah dan bukan kemauan manusia semata-mata.
Sabar
menghadapai segala macam musibah dan selalu bersyukur bila musibah itu sudah
dihindarkan, hendaknya ada pada seseorang yang beriman dan ia harus selalu
memberi penilaian yang baik dengan landasan bahwa semua yang terjadi itu selalu
ada hikmahya. Di balik apa yang terjadi, boleh jadi itu adalah yang paling baik
menurut Allah, semuanya itu Allahlah yang Maha Mengetahui.
F.
Semangat, Berusaha dan Tawakal sebagai Akhlak
Mahmudah
1)
Usaha { As-Sa’yu atau Ikhtiyar }
Manusia
merupakan makhluk yang memerlukan teman dan pertolongan kelompok. Usaha untuk
mendapatkan rezeki dalam bentuk bisnis dan perdagangan sangat diperlukan karena
tidak ada seorang pun yang dapat hidup dengan sempurna tanpa rezeki. Oleh
karena itu, pada hakikatnya, manusia saling memerlukan, bekerja sama dan saling
tolong-menolong.
Rasulullah
memberikan dorongan kepada umatnya untuk mencari rezeki dengan berusaha dan
berdagang. Islam mendorong umatnya untuk berdagang, meski demikian bukan
berarti dapat dilakukan sesuka dan sekehendak manusia, seperti lepas kendali.
Adab dan akhlak bisnis dalam Islam harus dihormati dan dipatuhi.
Umat Islam, dalam kiprahnya mencari kekayaan
dan menjalankan usahanya, hendaklah menjadikan Islam sebagai dasarnya dan
keridhaan Allah sebagai tujuan akhir. Mencari keuntungan dalam melakukan
perdagangan merupakan salah satu tujuan, tetapi jangan sampai mengalahkan
tujuan akhir. Dalam pandangan Islam, bisnis merupakan sarana untuk beribadah
kepada Allah dan merupakan perbuatan yang berstatus fardhu kifayah. Oleh karena itu, bisnis dan perdagangan tidak boleh
lepas dari peran syari’ah islamiyah.
2)
Berdoa
Doa
ialah memohon sesuatu kepada Allah dengan cara-cara tertentu. Banyak orang menyangka
bahwa doa itu adalah suatu hal yang mudah saja, artinya kalau suka boleh
dikerjakan, tetapi kalau tidak suka tidak usah dikerjakan. Banyak orang yang
menyangka bahwa doa itu adalah perbuatan orang yang lemah, orang-orang yang
bodoh, orang-orang yang tidak tahu jalan yang harus dilaluinya untuk mewujudkan
cita-citanya, karena ia tidak mengakui adanya jiwa manusia, padahal Allah dan
Rasulullah menyatakan bahwa berdoa adalah suatu ibadah yang amat penting.
Ada
beberapa hal yang mewajibkan manusia harus berdoa kepada Allah yang antara lain
sebagai berikut :
·
Karena
panggilan jiwanya
·
Karena
Allah memerintahkan kepada manusia untuk berdoa kepadanya
·
Manusia
diciptakan Allah dalam keadaan lemah, padahal di luar dirinya banyak sekali
kekuatan yang besar
·
Ilmu
manusia yang diberikan Allah sangat sedikit dan masalah yang dihadapinya sangat
banyak
·
Manusia
dikirim ke dunia ini adalah untuk bekerrja, tetapi hasilnya di tangan Allah
·
Allah
justru senang jika manusia meminta kepada-Nya. Allah mengabulkan, Allah menganggap
berdoa adalah perbuatan yang amat mulia
Tempat
dan tata cara berdoa yang benar agar doa seseorang itu dikabulkan Allah adalah
melalui tahapan berikut ini :
·
Berdoa
sesudah shalat lima waktu, sebelum berdoa hendaklah terlebih dahulu membaca
zikir-zikir tertentu sesudah berzikir barulah membaca doa.
·
Berdoa
pada tempat-tempat mustajab lainnya selain sesudah shalat lima waktu, cukup
banyak, tergantung tempat, situasi dan kondisi. Caranya, sebelum berdoa
hendaklah memperbarui ibadahnya dengan cara bertaubat.
Ciri-ciri
dari kemungkinan doa dapat terkabul adalah : dikabulkan sesuai permintaan,
diberikan hal yang serupa dengan hal yang diminta, dihindarkan dia dari suatu
bencana yang menimpa, diampuni dosa-dosanya, ditunda pengabulannya.
Adapun
sebab-sebab ditolaknya doa adalah : berdoa dengan cara yang tidak benar dan
tidak diajarkan, berdoa dengan tidak memenuhi syarat – syarat diterimanya doa,
selalu makan dan minum barang – barang yang haram, selalu berbuat kejahatan,
menyekutukan Allah.
3)
Tawakal
Tawakal
ialah menyerahkan dan menyandarkan diri kepada Allah setelah melakukan usaha
atau ikhtiar dan mengharapkan pertolonganNya. Tawakal dalam ajaran Islam bukan
suatu pelarian bagi orang – orang yang gagal usahanya, tetapi adalah sebagai
mencari tempat kembalinya segala usaha. Tawakal bukan berarti menyerah atau
pasrah tanpa usaha, tetapi menyerahkan diri kepada Allah itu pertanda taat
kepadaNya setelah berusaha.
Tawakal
bukanlah menanti nasib sambil berpangku tangan, tetapi berusaha sekuat tenaga
dan setelah itu baru berserah diri kepada Allah. Misalnya, seseorang yang ingin
lulus ujian, setelah tekun dan giat belajar Ia menyerahkan hasilnya kepada
Allah sambil berdoa agar lulus. Kewajiban berusaha adalah perintah Allah dan
hasilnya ditentukan oleh Allah.
No comments:
Post a Comment
tinggalkan komentar ^^