WELCOME TO Hiel'S BLOGGER

Wednesday, March 12, 2014

AKHLAK MAHMUDAH


AKHLAK MAHMUDAH
A.    Pengertian Istilah
Akhlak mahmudah, yaitu segala tingkah laku yang terpuji, dapat disebut juga dengan akhlak fadhilah, akhlak yang utama. Al-Ghazali menggunakan istilah munjiyat yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik. Oleh karena itu, hal jiwa manusia dapat menelurkan perbuatan-perbuatan lahiriah. Tingkah laku dhahir dilahirkan oleh tingkah laku batin, berupa sifat dan kelakuan batin yang juga dapat berbolak-balik yang mengakibatkan berbolak-baliknya perbuatan jasmani manusia. Oleh karena itu, tindak-tanduk batin { hati } itupun dapat berbolak-balik dan berubah-ubah.
Dalam berusaha, manusia harus menunjukkan tingkah laku baik, tidak bermalas-malasan, tidak menunggu, tetapi segera mengambil keputusan. Dalam mencari rezeki juga demikian, harus menunjukkan akhlak yang baik. Allah berfirman yang artinya :
‘’Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung’’
Ayat ini memberi motivasi yang tinggi untuk mencari rezeki di muka bumi ini, namun harus melalui cara-cara yang baik. Di dalam berusaha, jangan lupa berdoa sambil berusaha, dalam artian segala kemampuan dikerahkan, namun harus berserah diri kepada Allah. Sesudah berusaha dan berdoa maka yang terakhir ialah tawakal kepada Allah, karena manusia hanya mampu berusaha dan Allahlah yang menentukannya. Hak manusia atas aktifitas dirinya adalah untuk memiliki sifat optimis untuk berusaha di muka bumi dengan jalan berusaha, berdoa, bertawakal dan akhirnya bersabar, sebagai rangkaian usaha maksimal guna menyongsong kehadiran hak Allah atas dirinya { manusia }, yakni takdir Allah.
B.     Cakupan Akhlak Mahmudah
Sesuatu dapat dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai yang diharapkan, dapat dinilai positif oleh orang yang menginginkannya. Baik juga disebut mustahab, yaitu amal atau perbuatan yang disenangi. Perbuatan yang baik merupakan akhlaq karimah yang wajib dikerjakan.
‘’Baik’’ berarti sesuatu yang pantas dikerjakan dan diusahakan atau dikehendaki. Sesuatu yang baik ialah yang memenuhi hasrat dasar manusia. Bila diterapkan bagi kehendak manusia merupakan predikat yang positif. Sesuatu dikatakan baik apabila dilakukan berdasarkan fitrah manusia sesuai dengan hakikatnya.
Jadi akhlaq karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlaq karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Sebagai contoh, malu berbuat jahat adalah salah satu dari akhlak yang baik. Akhlak yang baik disebut juga dengan akhlak mahmudah.
Al-Ghazali menerangkan adanya 4 pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu :
·         Mencari hikmah. Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik.
·         Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahnya dengan akal untuk maju.
·         Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama.
·         Berlaku adil. Adil, sebagai misal, yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberi haknya sesuai dengan fitrahnya, atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan nafsu syahwatnya untuk mendapatkan hikmah di balik peristiwa yang terjadi. Adil juga berarti tindakan keputusan yang dilakukan dengan cara tidak berat sebelah atau merugikan satu pihak, tetapi saling menguntungkan.
Orang yang mempunyai akhlak baik dapat bergaul dengan masyarakat secara luwes, karena dapat melahirkan sifat saling cinta-mencintai dan saling tolong-menolong. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki akhlak baik, tidak dapat bergaul dengan masyarakat secara harmonis, karena sifatnya dibenci oleh masyarakat umumnya. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk, melainkan akhlak sebagai tindak-tanduk manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya. Suatu perbuatan yang dilihat merupakan gambaran dari sifat-sifatnya yang tertanam dalam jiwa baik atau jahatnya.
C.    Bentuk-Bentuk Akhlak Mahmudah { Terpuji }
Bentuk akhlak terpuji itu banyak sekali dan setiap orang menginginkan untuk memilikinya. Rasulullah menganjurkan umatnya agar memilikinya. Allah menyukai sifat-sifat baik tersebut yang antara lain sebagai berikut : 
1.      Sifat Sabar
Ada peribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu pahit dilaksanakan, namun akibatnya lebih manis daripada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah kesabaran sebagai fadhilah. Kesabaran dapat dibagi menjadi empat kategori berikut ini :
·         Sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban.
·         Sabar menanggung musibah atau cobaan.
·         Sabar menahan penganiayaan dari orang.
·         Sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan.
Kebalikan dari sifat sabar adalah sifat putus asa, yakni ketidakmampuan seseorang menanggung derita atas musibah dan ketidaksanggupan seseorang tekun dalam suatu kewajiban. Putus asa adalah ciri kelemahan mental. Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa sikap tersebut hanyalah pantas bagi kaum kafir. Demikian juga sifat malas digolongkan sebagai akhlak tercela. Kesabaran tidak dapat dipaksakan begitu saja dalam pribadi seseorang, melainkan ada tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu : syaja’ah atau keberanian, al-quwwah atau kekuatan dan sadar dalam mengerjakan sesuatu.
2.      Sifat Benar atau Jujur { Shidq }
Betapa akhlaq karimah menimbulkan ketenangan batin yang dari situ dapat melahirkan kebenaran. Benar ialah memberitahukan sesuatu yang sesuai dengan apa adanya, artinya sesuai dengan kenyataan. Sebagai kebalikan dari kebenaran dan kejujuran adalah dusta dan curang. Sifat dan sikap ini membawa kepada bencana dan kerusakan bagi pribadi dan orang lain serta masyarakat.
3.      Sifat Amanah
Amanah menurut bahasa ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran. Kebalikannya ialah khiyanah, khiyanah adalah salah satu gejala munafik.
4.      Sifat Adil
Adil dalam konteks ini berhubungan dengan perseorangan, adil berhubungan dengan kemasyarakatan dan juga adil itu berhubungan dengan pemerintah. Kebalikannya adalah sikap zalim. Zalim berarti menganiaya, tidak adil dalam memutuskan perkara, berat sebelah dalam tindakan, mengambil hak orang lain dari batasnya atau memberikan hak orang kurang dari semestinya.
5.      Sifat Kasih Sayang
Pada dasarnya sifat kasih sayang adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada makhlukNya. Pada hewan misalnya, begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga rela berkorban jika anaknya terganggu. Naluri ini pun ada pada manusia, mulai dari kasih sayang orang tua kepada anaknya dan sebaliknya, kecintaan dan hormat anak kepada orang tuanya.
Islam menghendaki agar sifat kasih sayang dan sifat belas kasih dikembangkan secara wajar, kasih sayang mulai dari dalam keluarga sampai kasih sayang yang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan seperti kepada hewan maupun tumbuhan sekalipun. Manakala sifat ini terhujam kuat dalam diri pribadi seseorang, maka dapat menimbulkan berbagai sikap akhlak mahmudah seperti : pemurah, tolong-menolong, pemaaf, damai dan menghubungkan tali kekeluargaan.
6.      Sifat Hemat
Hemat ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan. Adapun macam-macam penghematan antara lain : penghematan harta benda, penghematan tenaga dan penghematan waktu.
7.      Sifat Berani { Syaja’ah }
Berani bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang yang dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut yang semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada masa-masa kritis ketika bahaya di ambang pintu itulah orang yang berani. Kebalikannya ialah sifat pengecut. Sifat ini adalah sifat penakut bagi tiap pribadi sebelum memulai sesuatu langkah yang berarti dan menyerah sebelum berjuang. Sifat pengecut dipandang sebagai sifat yang hina dan membawa manusia kepada kemunduran.
8.      Sifat Kuat { Al-Quwwah }
Kekuatan pribadi manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : kuat fisik, kuat jiwa dan kuat akal.
9.      Sifat Malu { Al-Haya’ ]
Sifat ini ialah malu terhadap Allah dan malu terhadap diri sendiri di kala melanggar peraturan-peraturan Allah. Perasaan ini dapat menjadi bimbingan menuju jalan keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista.
10.  Memelihara Kesucian Diri { Al-‘Iffah }
Yang dituntut dalam ajaran islam ialah menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan, hendaklah dilakukan setiap waktu, sehingga dapat mempertahankan untuk selalu berada pada status khair an-nas. Hal ini dilakukan mulai dari memelihara hati untuk tidak berbuat rencana dan angan-angan yang buruk. Kebalikannya ialah sikap memperturutkan panggilan hawa nafsu.
11.  Menepati Janji
Janji ialah suatu ketetapan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang lain atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya. Menepati janji ialah menunaikan dengan sempurna apa-apa yang telah dijanjikan, baik berupa kontrak maupun apa saja yang telah disepakati.
D.    Sifat Benar { Ash-Shidq ] sebagai Akhlak Mahmudah
Kebenaran dan kejujuran merupakan jalan pada kebaikan, kebenaran ialah jalan menuju surga. Kebohongan ialah suatu jalan dosa, yaitu jalan menuju neraka. Di samping itu, Al-Ghazali membenarkan adanya bohong disebabkan karena tiga perkara yaitu :
·         Untuk mendamaikan dua orang yang berselisih
·         Untuk orang yang mempunyai dua orang istri dan terancam perceraian
·         Untuk kepentingan dalam peperangan, membuat siasat perang.
Bohong tersebut tergantung pada niatnya yang tidak dituntut di dalamnya kecuali dengan niat yang jujur dan maksud baik. Pada dasarnya, kebenaran memiliki ukuran-ukuran tertentu, seperti benar menurut tradisi, budaya, agama dan filsafat. Kebenaran akhlaq karimah merujuk pada kebenaran Al-Qur’an dan Hadits.
Selanjutnya, bagaimana jika suatu tingkah laku itu benar dalam pandangan adat-istiadat atau budaya, namun sebaliknya, bertentangan dengan agama. Jika dipertentangkan antara kebenaran agama dengan kebenaran budaya di bidang keagamaan, seperti membuka aurat menurut suatu budaya  bangsa dianggap biasa-biasa saja. Benar yang sudah tentu salah dalam agama islam berarti tidak dianggap benar dalam islam, tetapi disebut akhlak madzmumah. Dengan demikian menjadi jelas bahwa kebenaran yang diambil dalam ajaran islam ialah kebenaran agama.
E.     Kesabaran { Ash-Shabr } sebagai Akhlak Mahmudah
Kesabaran ialah menahan diri dari apa yang tidak disukainya atau tabah menerimanya dengan rela dan berserah diri. Oleh karena itu, hedaklah senantiasa ingat kepada Allah dan kehendak-Nya yang tidak ada seorang pun atau apapun yang dapat menghalanginya. Bahkan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, baik yang dianggap oleh manusia sebagai musibah, bencana yang merugikan, maupun yang dirasakan sebagai rahmat dan nikmat yang menggembirakan, maka semuanya adalah dari Allah dan bukan kemauan manusia semata-mata.
Sabar menghadapai segala macam musibah dan selalu bersyukur bila musibah itu sudah dihindarkan, hendaknya ada pada seseorang yang beriman dan ia harus selalu memberi penilaian yang baik dengan landasan bahwa semua yang terjadi itu selalu ada hikmahya. Di balik apa yang terjadi, boleh jadi itu adalah yang paling baik menurut Allah, semuanya itu Allahlah yang Maha Mengetahui.
F.     Semangat, Berusaha dan Tawakal sebagai Akhlak Mahmudah
1)      Usaha { As-Sa’yu atau Ikhtiyar }
Manusia merupakan makhluk yang memerlukan teman dan pertolongan kelompok. Usaha untuk mendapatkan rezeki dalam bentuk bisnis dan perdagangan sangat diperlukan karena tidak ada seorang pun yang dapat hidup dengan sempurna tanpa rezeki. Oleh karena itu, pada hakikatnya, manusia saling memerlukan, bekerja sama dan saling tolong-menolong.
Rasulullah memberikan dorongan kepada umatnya untuk mencari rezeki dengan berusaha dan berdagang. Islam mendorong umatnya untuk berdagang, meski demikian bukan berarti dapat dilakukan sesuka dan sekehendak manusia, seperti lepas kendali. Adab dan akhlak bisnis dalam Islam harus dihormati dan dipatuhi.
 Umat Islam, dalam kiprahnya mencari kekayaan dan menjalankan usahanya, hendaklah menjadikan Islam sebagai dasarnya dan keridhaan Allah sebagai tujuan akhir. Mencari keuntungan dalam melakukan perdagangan merupakan salah satu tujuan, tetapi jangan sampai mengalahkan tujuan akhir. Dalam pandangan Islam, bisnis merupakan sarana untuk beribadah kepada Allah dan merupakan perbuatan yang berstatus fardhu kifayah. Oleh karena itu, bisnis dan perdagangan tidak boleh lepas dari peran syari’ah islamiyah.
2)      Berdoa
Doa ialah memohon sesuatu kepada Allah dengan cara-cara tertentu. Banyak orang menyangka bahwa doa itu adalah suatu hal yang mudah saja, artinya kalau suka boleh dikerjakan, tetapi kalau tidak suka tidak usah dikerjakan. Banyak orang yang menyangka bahwa doa itu adalah perbuatan orang yang lemah, orang-orang yang bodoh, orang-orang yang tidak tahu jalan yang harus dilaluinya untuk mewujudkan cita-citanya, karena ia tidak mengakui adanya jiwa manusia, padahal Allah dan Rasulullah menyatakan bahwa berdoa adalah suatu ibadah yang amat penting.
Ada beberapa hal yang mewajibkan manusia harus berdoa kepada Allah yang antara lain sebagai berikut :
·         Karena panggilan jiwanya
·         Karena Allah memerintahkan kepada manusia untuk berdoa kepadanya
·         Manusia diciptakan Allah dalam keadaan lemah, padahal di luar dirinya banyak sekali kekuatan yang besar
·         Ilmu manusia yang diberikan Allah sangat sedikit dan masalah yang dihadapinya sangat banyak
·         Manusia dikirim ke dunia ini adalah untuk bekerrja, tetapi hasilnya di tangan Allah
·         Allah justru senang jika manusia meminta kepada-Nya. Allah mengabulkan, Allah menganggap berdoa adalah perbuatan yang amat mulia
Tempat dan tata cara berdoa yang benar agar doa seseorang itu dikabulkan Allah adalah melalui tahapan berikut ini :
·         Berdoa sesudah shalat lima waktu, sebelum berdoa hendaklah terlebih dahulu membaca zikir-zikir tertentu sesudah berzikir barulah membaca doa.
·         Berdoa pada tempat-tempat mustajab lainnya selain sesudah shalat lima waktu, cukup banyak, tergantung tempat, situasi dan kondisi. Caranya, sebelum berdoa hendaklah memperbarui ibadahnya dengan cara bertaubat.
Ciri-ciri dari kemungkinan doa dapat terkabul adalah : dikabulkan sesuai permintaan, diberikan hal yang serupa dengan hal yang diminta, dihindarkan dia dari suatu bencana yang menimpa, diampuni dosa-dosanya, ditunda pengabulannya.
Adapun sebab-sebab ditolaknya doa adalah : berdoa dengan cara yang tidak benar dan tidak diajarkan, berdoa dengan tidak memenuhi syarat – syarat diterimanya doa, selalu makan dan minum barang – barang yang haram, selalu berbuat kejahatan, menyekutukan Allah.
3)      Tawakal
Tawakal ialah menyerahkan dan menyandarkan diri kepada Allah setelah melakukan usaha atau ikhtiar dan mengharapkan pertolonganNya. Tawakal dalam ajaran Islam bukan suatu pelarian bagi orang – orang yang gagal usahanya, tetapi adalah sebagai mencari tempat kembalinya segala usaha. Tawakal bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha, tetapi menyerahkan diri kepada Allah itu pertanda taat kepadaNya setelah berusaha.
Tawakal bukanlah menanti nasib sambil berpangku tangan, tetapi berusaha sekuat tenaga dan setelah itu baru berserah diri kepada Allah. Misalnya, seseorang yang ingin lulus ujian, setelah tekun dan giat belajar Ia menyerahkan hasilnya kepada Allah sambil berdoa agar lulus. Kewajiban berusaha adalah perintah Allah dan hasilnya ditentukan oleh Allah.

No comments:

Post a Comment

tinggalkan komentar ^^

Kepemilikan /Kata Ganti ضمير

 Dhomir Kepunyaan ( Dhomir Munfasil )   جَمْعٌ ‏مُثَنَّى ‏ مُفْرَدٌ ضمير هُمْ هُم...